Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2025

Aku tak pernah benar-benar memilih

Aku tak pernah benar-benar memilih, Aku hanya mendengar panggilan itu, Dari jauh, dari waktu yang tak kukenal, Suara yang berbisik di antara sorak dan nyanyian. Merah menyala, seperti jantungku berdegup, Putih sebersih harapan yang tak pernah padam, Di bawah langit Indonesja, aku berdiri, Bukan sebagai penonton, tapi sebagai bagian. Aku terkadang bertanya mengapa, Mengapa tiap denting waktu, Selalu ada namamu di dalamnya, Selalu ada warnamu di setiap cerita. Arsenal, Bukan aku yang memilihmu, Kamulah yang memanggilku, Ke rumah yang tak pernah sepi, Ke cinta yang tak pernah mati. Aku tahu, dalam setiap jatuh dan luka, Ada alasan untuk tetap percaya, Karena bukan hasil yang membuatku tinggal, Tapi karena aku telah dipilih, Oleh meriam yang abadi.

Mengecewakan

Aku mengecewakan. Kamu mengecewakan. Kita semua mengecewakan. Sekarang, nanti, dan esok hari. Semacam makan dan minum. Sejenis tidur dan bangun. Kita sering berharap, bahkan terlalu berharap. Kita menanam impian seperti petani menanam benih di ladang subur. Kita percaya, dengan cukup sinar matahari dan hujan, semuanya akan tumbuh indah. Tapi kenyataan tak selalu berpihak pada logika kita. Kadang, ladang harapan kita dihantam kekeringan panjang, kadang banjir bandang datang tanpa diundang. Lalu kita kecewa. Tapi pernahkah kita bertanya, sebenarnya siapa yang kita salahkan? Dunia? Tuhan? Orang lain? Atau justru diri kita sendiri yang terlalu naif percaya bahwa hidup akan selalu berjalan sesuai dengan peta yang kita gambar? Kekecewaan adalah harga yang harus kita bayar karena kita berani bermimpi. Ia adalah bentuk ‘pajak emosional’ yang dikenakan kepada siapa pun yang ingin menggapai sesuatu. Mengapa Kita Kecewa? Kekecewaan lahir dari sebuah jurang yang menganga di antara ...