Setelah sekian lama tanpa coretan di blog pribadi, agaknya kelelahan menuangkan ide dalam eksisten aksara, menuai sedikit kelegaan. Misalnya, atas arogansi truth claim; merasa benar. Pun, oleh karena pengalaman dan pengetahuan dalam diri yang kelewat krasan tak di uji.
Rentang jalan terlalui begitu saja, ada makna yang dipetik, ada pula kesia-siaan yang melulu tak berbekas. Adakalanya pula, yang bermakna dan yang sia-sia, bergandeng kelindan akrab bersamaan.
Terik siang, gelap malam, sunyi sore, sejuk pagi, menjadi hidangan tak terhindari dari adi kodrati yang Maha. Kita, titipan tak sepenuhnya sadar atas yang di titipi menjadi kosong dan hampa, oleh karena bias konstruksi akal berfikir.
Lalu, bagaimana dengan ia? Mereka yang mungkin sangat sedikir tersentuh oleh wacana elitis, misalnya konsepsi "sebelum cahaya", atau semacam format "ode to my family", hingga keluasan yang memadat pada "bohemian rhapsody".
Barangkali, seisi alam hendak mengisi dari ruang-ruang kosong disana. Tanpa pretensi hendak mendahulukan atau mengakhirkan nasib, demi dan atas nama kelegaan batin oleh nestapanya.
Syahdan, kompatibilitas atas psychological well-being, beranjak menuai adil bagi mereka yang terpilih mendapat haru dari yang Maha. Kita, ada pada barisan yang mana? Aku dan Kau, apakah cukup untuk tetap adekuat mengarungi janji yang "konon", faktual memilihnya sendiri?
Abstraksi tak punya kelebihan selain kekurangan, dan tak memiliki kekurangan melainkan kelebihan, sepertinya dapat menjadi "kuda-kuda" mengalami diri yang prasasti. Alih-alih, tidak terseok-seok ditengah kelaliman materialitas.
***Cilacap, 14 Mei 2021.
Comments
Post a Comment