Skip to main content

Mengalami Diri (12)

Jika hanya karena kesepian engkau kemudian mencari keramaian, maka sudah bisa dipastikan; apabila telah hinggap ramai di batinmu, engkau mencari yang sepi. Tak berkesudahan, siklus rutin tanpa arti; kecuali sekadar loncat kesana-sini.


Juli yang menatap di akhir ini, betapa sudah kita terbebas dari kungkungan informasi; melewati batas-batas pendahulunya, acapkali justru kelewat batas sewajarnya. 


Pandemi, menjadi isu sentral masyarakat kita; trending topic di jagat jiwa manusia Indonesia. Tak lebih memprihatinkan dari keragu-raguan bertindak, terlampau pelik untuk sekadar mengudar rasa; indecisivesness garis lugu.


Pasti, tidaklah berlebihan jika lewat pageblug fenomenologis ini, kita semacam terjerembab pada kedengkian sosiologis; terutama pada mereka yang tak tahu rumongso, nir-simpati, apalagi level proporsi empati.


Survive hanya pada pangan, tidaklah mampu menutup kebencian atas pengkhianatan terhadap filosofi "sama rasa". Rasa itu pusat, biang keladi dari pikiran; percikan laku aktifisme perbuatan. Kalau ia terganggu, hancur leburlah setelahnya.


Syahdan, sebegini rupa ketidakpastian adalah sama berbahayanya dari segala macam penyakit; tidak hanya menurunkan imunitas, bahkan lebih sekadar zat pemicu tumbuh-kembangnya kebobrokan.


Tetapi, ya sudahlah. Toh, kepedihan apapun saja, sekadar tali ketat pergantian, dari kepalsuan kesenangan; dari mulur-mungkreknya khasanah kejiwaan.


***Cilacap, 17 Juli 2021.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-