Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2020

Terpapar Nietzsche

Masih meraba-raba apa itu yang di sebut puncak. Perlu sekiranya, untuk kembali mengajak nalar dan nurani lebih bergegas merevitalisasi, apapun saja. Acapkali, percaturan berubah sedemikian cepat, memaksa nalar untuk meng-gubah strategi, apapun saja. Akan tetapi sungguh, kegelisahan dan ketidakteraturan adalah saudara kandung kawula muda, yang didalamnya mengadung unsur-unsur yang harus sedari dini di susun menjadi naskah petunjuk, untuk  sampai pada penemuan puncak yang paling presisi.

Rekomendasi Resolusi 2021

Kecenderungan untuk menambal-sulam keadaan, merupakan hak alamiah tiap-tiap manusia. Beberapa hal memang terpilih untuk dipertahankan, ditengah masa yang terus mengalami perubahan, baik yang bersifat radikal ataupun yang perlahan. Dalam rangka menambal-sulam yang disangka perlu tersebut, manusia memiliki ragam pertimbangannya. Semua pertimbangan tersebut, berangkat dari pengalaman ketercapaian dan ketidaktercapaian, sekaligus. Untuk sampai pada pilihan merubah tersebut, manusia tidak mungkin akan terlepas dari dua faktor besar, adalah; faktor personal dan situasional.  Yang personal, kecenderungannya lebih kepada konsistensi sifat, sekalipun yang personal ini pada awalnya terbentuk dari situasional, konteks dimana ia tumbuh. Melihat akhir tahun ini, mayoritas manusia mulai kembali mengadakan resolusi untuk tahun yang baru. Ada resolusi yang sifatnya umum saja, pun terdapat yang men-detail. Dari sekadar merubah merubah gaya rambut, sampai merubah haluan prioritas. Syahdan, hal-hal d...

Teater Berhari

Jalanan sesekali terjal, sesekali lapang Dibuatnya kendali penuh, pun terjengkang ceroboh Orang-orang beranjak bangun, menjalani rencana hari-hari Ada yang tetap mempertahankan, beberapa mereka gubah

Dikotomi

Apalah mau kata,  kehabisan tanya kelebihan tugas rumah tangga Hmmmmm.... Akankah semua ini bisa menjadi lebih berwarna? Ketika satu persatu pun, tak lagi senyawa

Kehabisan Tanya (Puisi)

  kemana lagi aku harus mencari, mengejar yang tak pasti itu dimana sebenarnya letak tujuan yang abadi, sebelum mati dahulu begitu, sekarang begini, berubah tak berkendali apa jawabnya? Sedang disini tak ada Tanya  

Kalau Boleh

 Dik, aku pernah patah, dengan sepatah patahnya patah aku pun pernah terluka, dengan seterluka terlukanya luka Maka dik, ijinkan aku mengalaminya kembali bersamamu, meskipun rasanya tentu tak sama sebangun

Dari Kekasihmu

Kekasih, mengapa engkau berikan makna itu teramat dalam hingga nafasku,  sesak oleh ingatan, perihal aku dan kau Kekasih, aku pun mengingankannya, tentang ketegaranmu menyapu suka duka,  tentang caramu mencabuti berseraknya arti yang sempat ada

Belum Genap Manusia (6)

Rasa itu tumbuh, begitu saja. Seperti air mengalir menuju tempat yang lebih bawah. Tentu, akan ada banyak penjelasan tentang itu. Pun, kelogisan yang menyerta nampak tersedia. Ketika manusia mencari kejelasan ditengah kerumitan, kadangkala tidak kemudian mudah ditemukan. Meskipun, itu bukanlah sebuah kemustahilan. Barangkali, semua manusia telah mengerti, bahwa akan dijumpainya lebih banyak sisi-sisi yang memang tercipta hanya sebagai teka-teki. Sekalipun, kendali untuk menemui "jelas", ada untuk diulas.

Penyayat Prasasti

Dalam lengkungan nada, kita bergumam cerita Tentang rahasia, kabar berita, sampai cinta Dalam petikan nada, engkau menyambut tawa kita sama-sama berkelakar ceria Diantara dentuman pianika, aku bersandar padamu, engkau pun bersandar padaku Semua indah, semua lepas sekalipun perih menyayat letih

Terpaksa Berdiri (Lagu)

Terpaksa Berdiri (Lagu)  Cipt. Dimas Rahman Rizqian Intro.. Aku pernah hancur dan berdarah Semua sirna oleh kesalahan Tapi 'ku masih coba bertahan Menanggalkan semua yang tlah hilang Kini berusaha menjalani Kisah baru tanpa pernah tau Namun apa daya ku lakukan Engkau masih jadi yang terdalam