Skip to main content

Rekomendasi Resolusi 2021

Kecenderungan untuk menambal-sulam keadaan, merupakan hak alamiah tiap-tiap manusia. Beberapa hal memang terpilih untuk dipertahankan, ditengah masa yang terus mengalami perubahan, baik yang bersifat radikal ataupun yang perlahan.


Dalam rangka menambal-sulam yang disangka perlu tersebut, manusia memiliki ragam pertimbangannya. Semua pertimbangan tersebut, berangkat dari pengalaman ketercapaian dan ketidaktercapaian, sekaligus.


Untuk sampai pada pilihan merubah tersebut, manusia tidak mungkin akan terlepas dari dua faktor besar, adalah; faktor personal dan situasional. 


Yang personal, kecenderungannya lebih kepada konsistensi sifat, sekalipun yang personal ini pada awalnya terbentuk dari situasional, konteks dimana ia tumbuh.


Melihat akhir tahun ini, mayoritas manusia mulai kembali mengadakan resolusi untuk tahun yang baru. Ada resolusi yang sifatnya umum saja, pun terdapat yang men-detail. Dari sekadar merubah merubah gaya rambut, sampai merubah haluan prioritas.


Syahdan, hal-hal diatas adalah normal, jika hamparan realitas didepan tak se-ambyar hari ini. Meskipun, kondisi menuju kearah membaik pelan-pelan nampak. Tantangan semakin membengkak, beriringan dengan peluang yang menciut.


Dengan realitas semacam ini, manusia bisa sama-sama saling memandang manusia lainnya; tentang apa-apa yang dilakukannya. Disanalah, titik pengambilan peran yang paling presisi, harus dimungkinkan adanya. Misalnya, memilih sebagai pengandai, atau pelaku.


Mungkin, tidak ada kelirunya, bila kemudian pendapat Derrida tentang perhatiannya pada philosophizing; sebuah kebijaksanaan yang terus-menerus bergulat dengan realitas. Ia membukakan penghargaan pada kita pada dimensi yang tidak hadir pada penampakan, tapi memungkinkan penampakan itu sendiri (Adian, 2016).


Uniknya, beberapa manusia masih sekadar menjalani kebiasaan lamanya, padahal dunia terus berputar cukup akseleratif. Dan tentunya, tidak ada yang keliru dari sebuah pilihan, apapun saja. Asalkan, semua berarah pada kebenaran yang paling mendekati Tuhan; kebermanfaatan jangka panjang.


***Banyumas, 25 Desember 2020.



Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-