Masih meraba-raba apa itu yang di sebut puncak. Perlu sekiranya, untuk kembali mengajak nalar dan nurani lebih bergegas merevitalisasi, apapun saja.
Acapkali, percaturan berubah sedemikian cepat, memaksa nalar untuk meng-gubah strategi, apapun saja. Akan tetapi sungguh, kegelisahan dan ketidakteraturan adalah saudara kandung kawula muda, yang didalamnya mengadung unsur-unsur yang harus sedari dini di susun menjadi naskah petunjuk, untuk sampai pada penemuan puncak yang paling presisi.
Syahdan, hidup itu persoalan mentalitas. Semacam militansi setiap insan yang bernasib setiap saat di uji, bahkan perdetiknya.
Lagi-lagi sudut pandang berbicara disini, untuk memberi sebuah pemaknaan, terhadap apapun saja. Nun, bukan persoalan pada situasi apa engkau saat ini, bukan pula soal seberapa bernilai problema yang dia hadapi.
Namun, substansinya adalah bagaimana pola pendekatan yang segera terpakai, serta bagaimana menggunakan dimensi logika yang tepat.
Hingga, sampailah beberapa persinggahan yang paling prasasti, untuk sanggup menyudahi pertentangan, pun menjabarkan lekuk perdamaian.
Sepertinya, menjadi manusia yang kuat bukan hal yang sederhana, terlebih ketidakpastian atas skema jalan merupakan kepastian.
Beberapa pilihan terpapar didepan, keputusan memaksa untuk menuduh kesalah satu sudutnya.
Mengingat hidup ini tak selamanya hidup, maka sekiranya pemikiran Nietzsche bisa ditawar; percuma mati tanpa pernah sanggup meninggalkan legacy, yang dapat menghantui kepala manusia.
***Cilacap, 31 Desember 2020.
Comments
Post a Comment