Skip to main content

Terpapar Nietzsche

Masih meraba-raba apa itu yang di sebut puncak. Perlu sekiranya, untuk kembali mengajak nalar dan nurani lebih bergegas merevitalisasi, apapun saja.


Acapkali, percaturan berubah sedemikian cepat, memaksa nalar untuk meng-gubah strategi, apapun saja. Akan tetapi sungguh, kegelisahan dan ketidakteraturan adalah saudara kandung kawula muda, yang didalamnya mengadung unsur-unsur yang harus sedari dini di susun menjadi naskah petunjuk, untuk  sampai pada penemuan puncak yang paling presisi.


Syahdan, hidup itu persoalan mentalitas. Semacam militansi setiap insan yang bernasib setiap saat di uji, bahkan perdetiknya. 


Lagi-lagi sudut pandang berbicara disini, untuk memberi sebuah pemaknaan, terhadap apapun saja. Nun, bukan persoalan pada situasi apa engkau saat ini, bukan pula soal seberapa bernilai problema yang dia hadapi. 


Namun, substansinya adalah bagaimana pola pendekatan yang segera terpakai, serta bagaimana menggunakan dimensi logika yang tepat. 


Hingga, sampailah beberapa persinggahan yang paling prasasti, untuk sanggup menyudahi pertentangan, pun menjabarkan lekuk perdamaian.


Sepertinya, menjadi manusia yang kuat bukan hal yang sederhana, terlebih ketidakpastian atas skema jalan merupakan kepastian.


Beberapa pilihan terpapar didepan, keputusan memaksa untuk menuduh kesalah satu sudutnya. 


Mengingat hidup ini tak selamanya hidup, maka sekiranya pemikiran Nietzsche bisa ditawar;  percuma mati tanpa pernah sanggup meninggalkan legacy, yang dapat menghantui kepala manusia.


***Cilacap, 31 Desember 2020.


Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-