Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2020

ber-Laku Dasein

Saat manusia tengah menjalin interaksi dengan manusia lainnya, entah dalam perkara makro ataupun mikro, mesti selalu ada ketidaklengkapan penangkapan maksud dari apa yang di interaksikannya. Kita sama-sama pernah mengalami, bahwa ketidaklengkapan benar terjadi, ketika terdapat pengulangan kalimat, ataupun bahasa tubuh. Interaksi manusia dengan manusia lainnya, memang ber-relasi erat dengan pengalaman dari pelaku interaksi itu sendiri. keber-relasian tersebut, memungkinkan terjadinya kelengkapan konten interkasi, yang kemudian mampu menghadirkan kemungkinan kecil dari disharmoni.

Ilmuwan Remang-Remang

Semua tradisi keilmuan dalam wilayah akademis maupun non akademis, memiliki sisi-sisi yang berjenjang. Hematnya, dimulai dari segala jenis "apa", beranjak ke beragam tema "mengapa", sampai pada derajat macam-macam "bagaimana". Titik puncak kepuasan keilmuan seseorang, secara mayor berada dalam posisi kebergunaannya. Posisi kebergunaan tersebut, bisa yang berpihak pada "enak" mutual, atau sekadar enak "individual".

Sebat Metafisika Cinta

Nama Arthur Schopenhauer; mungkin dikalangan ketimuran, masih asing terdengar, ketimbang nama-nama seperti Plato, Aristoteles maupun Al-Ghozali, dan seterusnya. Namun, cukup menarik jika kita mencoba melihat bagaimana dia mengeluarkan gagasannya berupa "metafisika cinta". Schopenhauer, memberi eksplain berkisar antara tunduknya (subordinasi) suami pada istri, orang tua pada anak, individu pada spesies. 

Sebelum Yang Rigoris

  Seiring dengan “tidak” membaiknya kondisi pandemic per-2020 akhir-akhir ini, membuat pelbagai lapisan kebudayaan berekspresi sebegitu ragamnya.  Lingkup komunal yang bervariasi pada penekanan berhadap-hadapan eksistensial secara langsung, kini ber-sentra haluan menjadi serba virtual. Tentu, implikasi dari hal tersebut, memuat sisi-sisi kenormalan yang kongkret, tercerabut.   Keluasan dan keleluasaan pada interaksi “tak langsung”, pada satu sisi bersifat melenyapkan muatan komplementer behavior . Mimik dan intonasi, sebagai pilar dari konteks, semacam kehilangan genuine-nya.  Semua jenis interaksi, (pada titik tertentu sebagian), menjadi serba menyempit. Hal itu, menjadi penanda berkelanjutan, bagi perkembangan bias kognisi.  

Lokasi Transenden

Pada era krisis yang tengah manusia alami akhir-akhir ini, terdapat keterkejutan sikap sekaligus perilaku, yang sejatinya sama sekali baru. Sikap sebagai modalitas berperilaku pada manusia, bersifat reaktif terhadap perubahan “cuaca” zaman.