Skip to main content

ber-Laku Dasein

Saat manusia tengah menjalin interaksi dengan manusia lainnya, entah dalam perkara makro ataupun mikro, mesti selalu ada ketidaklengkapan penangkapan maksud dari apa yang di interaksikannya. Kita sama-sama pernah mengalami, bahwa ketidaklengkapan benar terjadi, ketika terdapat pengulangan kalimat, ataupun bahasa tubuh.


Interaksi manusia dengan manusia lainnya, memang ber-relasi erat dengan pengalaman dari pelaku interaksi itu sendiri. keber-relasian tersebut, memungkinkan terjadinya kelengkapan konten interkasi, yang kemudian mampu menghadirkan kemungkinan kecil dari disharmoni.


Konsep sederhana dari narasi interaksi diatas, dapat menjadi modalitas manusia dalam mengarungi ruang interkasi, apapun jenisnya. Kelengkapan interkasi, sebagai representasi kepahaman, merupakan harapan bagi segenap individu dan society.


Salah satu hal yang kerap mencerabut konten interaksi dengan lengkapnya kepahaman, adalah kegugupan nalar dalam menaruh simpulan. Hal tersebut, berangkat dari asumsi egoistik dari sebelah ataupun semua pihak.


Syahdan, implikasi dari ketidaklengkapan kepahaman interkasi antar individu maupun lintas society, adalah keselarasannya pada disharmoni. Yang selanjutnya, berefek domino pada lunturnya kohesi emosional dan sosial.


Di era sebelum pandemic, gejala ketidaklengkapan kepahaman, ada yang bersifat potensial, maupun aktual. Sedang pada masa pandemic seperti sekarang ini, gejala seperti yang tersebut diatas memiliki potensi dan aktualisasi yang lebih besar.


Maka, jalan "tengah" preventif dari itu semua, ialah memberi jeda khusus pada tiap-tiap pra interkasi, sebelum yang pasca, tidak mampu ditarik kembali. Sebab, kontrol atas asumsi egoistik, memerlukan kelembutan sikap, yang itu belumlah dimiliki oleh semua individu dan society. 

Barangkali.


***Banyumas, 30 September 2020.


Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-