Skip to main content

Laku Denotasi

Laku pengulangan pada behavior, "hampir" selalu memberi akibat yang unik. Keunikannya beragam, bisa persis atau mirip satu dengan yang lainnya, namun bisa pula berbeda sama sekali.


Menilik pada laku manusia yang beragam jenis sebab-akibatnya, mengabstrasikan sebuah ciri yang memuat sisi adil. Dari berlaku apa, ke berlaku apa. Sekalipun, makna adil bisa saja tidak terjelaskan dalam tempo dekat dengan kejadian laku itu sendiri.


Laku berkesadaran, murni hanya dimiliki oleh manusia. Kemampuan yang sangat unik, untuk tidak mengatakan lebih. Sebab, makhluk berkesadaran, memiliki modalitas dan potensialitas yang muatannya berkisar antara faedah-unfaedah. Tanpa kesadaran, tak ada pahlawan. Tanpa kesadaran pula, mustahil ada penjajah.


Berkesadaran akan laku dan sebab-akibatnya, membuat si pemilik sadar ini dapat memihak kemana arah haluannya, akan ke kanan kah atau ke kiri kah. Sekalipun, kesadaran yang benar-benar sadar, hanya sangat sedikit persen berlaku.


Pilihan akan laku apa dan bagaimana kedepannya, kesadaran memegang jawabannya. Ia mengikat "dialektis" antara dorongan bawah sadar, dengan sadarnya sadar. Ini berlaku sepanjang hayat, mau tidak mau.


Syahdan, keunikan manusia sebagai pemilik kesadaran, yang melingkar didalamnya laku dan sebab-akibat, adalah kemampuan memilih dan memilah. Sebagai buktinya, kita sama-sama menyaksikan, mana manusia yang termasuk kategori gagal, dan mana manusia yang berkategori berhasil. Tentu, makna gagal dan berhasilnya, dikungkung oleh kacamata alam privat masing-masing.


Mungkin, kegagalan dan keberhasilan sebuah peradaban, sangat ditentukan oleh kejernihan kesadaran manusia, dalam hal mengidentifikasi mana yang konotasi mana yang denotasi, mana yang primer mana yang sekunder, dan barangkali, kita kerapkali kelimpungan berkesadaran laku semacam itu.


***Purwokerto, 5 September 2020.




Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-