Masih diambang gamang, sesekali apa yang menjadi titipan mendadak berontak. Tak sekali dua kali, bahkan semacam mengelindan dari ujung penantian ke lembah pemberhentian.
Syahdan, keheningan yang diam dan berjalan, memaku pangku tangan menggali demi menemui, selat terjal bernama jiwa tenang. Meskipun, dinamika tak terhindari, dari denyut nadi kehendak melampaui.
Hingga, rasa cemas mengalun mesra, membersamai keimanan arus bawah. Dari gelap, menuju gelap. Dari terang, ke terang kembali.
Apapun saja, memang menyita korban dan pengorbanan. Sekalipun, kehilangan mesti memulai wedaran ejawantah yang bernyawa kebaruan.
Belum genap manusia, lagi-lagi merupakan asa menempuh rentang jalan. Misteri mina dzulumati ila nur, seyogyanya tidak lepas dari yang adekuat disana-sini.
Nun, kehendak bebas, batasan ruang gerak, kelapangan waktu, dan semua probabilitas nasib, mengabari jiwa-jiwa yang haus, akan kepasrahan ambisi.
***Banyumas, 19 April 2021.
Comments
Post a Comment