Skip to main content

Belum Genap Manusia (8)

Selebihnya, memang tak lepas dari sekurangnya. Ketika manusia mengadakan dirinya, tidak lantas kemudian mereka ada dengan sendirinya. Hal ini, tidak sekadar menegaskan atas apa yang sama-sama kita sebut sebagai kausa prima.


Sebenarnya, terlalu banyak hal yang sepertinya memungkinkan untuk diganggu gugat. Terlebih, atas segala hal yang menyangkut eksistensi kemungkinan.


Akan kemana roda berjalan, disitulah letak perputaran. Melingkar naik diturun, pun turun dinaik. Waktu memang konstan, tetapi kesunyian rasa waktulah yang relatif. 


Syahdan, ketika manusia beranjak dari satu kondisi ke kondisi berikutnya, cepat atau lambat, dengan persiapan atau asal-asalan, tetap saja ia akan sampai pada adikodrati kausal, dengan catatan terkendali dan penuh kesiapan, atau serampangan dan cenderung amburadul.


Konon, keterkaitan relasi pergumulan sosial akan sangat menumbuhkan energi. Dilain pihak, oleh sebab keterkaitan relasilah manusia terpaksa sakit parah, luaran dan kedalamannya.


Hingga, tanpa konklusi dan arah yang jelas, tidak kemudian maksud dan tujuannya kehilangan makna, terlepas dari waktu dan ruangnya.



***Cilacap, 7 April 2021.



Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-