Selebihnya, memang tak lepas dari sekurangnya. Ketika manusia mengadakan dirinya, tidak lantas kemudian mereka ada dengan sendirinya. Hal ini, tidak sekadar menegaskan atas apa yang sama-sama kita sebut sebagai kausa prima.
Sebenarnya, terlalu banyak hal yang sepertinya memungkinkan untuk diganggu gugat. Terlebih, atas segala hal yang menyangkut eksistensi kemungkinan.
Akan kemana roda berjalan, disitulah letak perputaran. Melingkar naik diturun, pun turun dinaik. Waktu memang konstan, tetapi kesunyian rasa waktulah yang relatif.
Syahdan, ketika manusia beranjak dari satu kondisi ke kondisi berikutnya, cepat atau lambat, dengan persiapan atau asal-asalan, tetap saja ia akan sampai pada adikodrati kausal, dengan catatan terkendali dan penuh kesiapan, atau serampangan dan cenderung amburadul.
Konon, keterkaitan relasi pergumulan sosial akan sangat menumbuhkan energi. Dilain pihak, oleh sebab keterkaitan relasilah manusia terpaksa sakit parah, luaran dan kedalamannya.
Hingga, tanpa konklusi dan arah yang jelas, tidak kemudian maksud dan tujuannya kehilangan makna, terlepas dari waktu dan ruangnya.
***Cilacap, 7 April 2021.
Comments
Post a Comment