Skip to main content

Posts

Mengurai Wadag Kecewa

Masalah yang bertubi, kegagalan yang terulangi, semacam menjadi tema kelam bagi beberapa orang. Namun, harus kemudian sadar pula, bahwa kesenangan dan keberhasilan pun berjalan demikian. Semestinya, kita harus jujur mengakui, bahwa antara penderitaan dan kesenangan, adalah dua hal yang sejatinya eksis dan melekat dalam keseharian. Menerima seapadanya, merupakan konklusi paling presisi, untuk kemudian mulai pelan-pelan menghadapi. Sebagai seseorang yang cukup merasa beruntung, oleh sebab sering menjumpai keragaman pengalaman orang sekitar, yang memiliki kedalaman cerita naik-turunnya hidup, membuat jiwa terbiasa sanggup menemui wujud batin terdalamnya. Hingga, keputus-asaan dan prestasi menjadi sohib akrab. Nun, apapun, kapanpun, dan sampai sejauh alam kemungkinan, kita tak akan mampu menafikan wadag bernama gagal dan berhasil. Sebab, keduanya bukanlah dikotomi, namun terbentang menjadi luasan spektrum.  Dari sinilah, beberapa tahap kesadaran mengayun prosesnya; mulai menerima, paha...

Optimasi Dalam Memilih

Di era digital yang pertumbuhannya begitu pesat seperti sekarang ini, banyak sekali kemudahan yang kita peroleh dari sebelumnya.  Namun dalam setiap kemudahan yang terjadi, pasti akan selalu ada masalah yang berkelindan dengannya. Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa evolusi manusia memiliki naturalitas; mencari kesenangan (favorable) , menghindari kesusahan (unfavorable) , dengan mengeluarkan energi yang sedikit. Konsumsi atas digital ini, membuat segala macam jenis informasi berkeliaran begitu pesatnya, ditambah situasi terbatas saat ini yang cukup mendukung interaksi digital semakin intensif sama-sama kita lakukan. Salah satu hal gejala kecanduan atas hidangan yang muncul dari kemudahan akses informasi tersebut, cukup terasa diantara kita. Pada akhirnya, toh semua kembali pada pertanyaan tentang "apakah hal-hal yang kita rencanakan dan lakukan selama ini, mampu mendekatkan kepada tujuan". Berdialog secara jujur dan intim dengan diri sendiri terkait dengan hal ter...

nyanyian dunia

ternyata harapanku terlalu tinggi sampai daratan tak terasa ku dapati jatuhnya kecewa selebihnya menderita Tuhan dekatkanlah aku padamu dunia ini menipuku Tuhan tenangkanlah batinku dunia telah mengobrak-abrik jiwaku yang selama ini kulihat bukanlah penglihatanmu yang sejauh ini kutatap keliru atas pandangmu aku disini tamu hanya pendatang mampir sebentar sederhanakan khawatirku sekedarnya ketakutanku waraskan jiwa ragaku secukupnya kumohon secukupnya kumohon secukupnya kumohon ***Banyumas, 4 Februari 2021.

bersama hadirmu (lagu)

(intro) ada nyanyian yang terlalui bersama keringat di wajahmu  disana aku bersaksi kita lah ujung kembali tak ada yang lebih dari ini dan hati tak hentinya memuji aku tau engkau pun mengerti kita bertemu karena mencari (reff) bersama hadirmu hadir bersamamu bersama hadirmu engkau ingin berjalan kemari apalagi aku yang disini suatu saat padamu kembali suatu saat padaku kembali bersama hadirmu hadir bersamamu bersama hadirmu ***Banyumas, 4 Februari 2021.

Redemption

Terdampar ditengah cakrawala, gagap pada liang antara. Yang dikejar berpaling, yang diharap lenyap. Seperti jatuh kedalam jurang antah berantah, nir-arah. Masih kupegang kepalanya, merasakan beban berat dipundaknya. Mau berbicara kepada siapa, akan bercerita apa. Tembok begitu tinggi, belum ada tangga untuk beranjak pergi. Dadanya tertutup awan gelap, seolah cahaya kesulitan menemui celahnya. Akan kemana? Apa sebabnya? Bagaimana caranya? Kapan masanya?   Masihku bersamai sedihnya, kutatap mimpi buruk dimatanya. Ya, ada tetes air mata yang tertahan disana. Sudut pandang tak beraturan, bak kerdil menemui kesendirian. Kesepiannya tak terelakan, semacam membunuh perlahan.   Bagaimana dengan mereka? Kabarnya, Rencananya, Kewarasannya.   Mungkin, kita sama. Sekalipun, tak persis sama.   Tenang, Tenang, Tenang,   Apapun saja, tak ubahnya kuda berlari, ada waktunya harus berhenti.   Sejenak, Sejenak, Sejenak...

keberanian menjalani

Tumbuh bersama tidaklah mudah, terlebih apabila dua atau lebih pihak, tidak pernah menjalin komunikasi yang efektif.  Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa apapun saja, jika diberikan embel-embel “bersama”, maka akan terjadi kelambatan, dan ini merupakan hal yang tidak disukai oleh manusia, genetik evolusinya begitu, setiap orang mengidamkan kecepatan, sama sekali membenci kelambatan. Memilih untuk jatuh pada pilihan bersama, memang selalu membutuhkan keberanian, yang kemudian memerlukan niat yang kuat, agar pilihan atas bersama ini, tidak mudah goyah. Ketika telah terpilih niat yang kuat, kita pun harus menjaga semangat dalam menjalankannya.  Sebab, pasti terdapat godaan yang datang sebagai ujian sebagai pemantik dalam rangka menceraikan komitmen bersama ini. Godaan tersebut, bisa jadi sebenarnya lebih kepada keengganan menghadapi kelambatan itu sendiri. Pada akhirnya, semacam pemaksaan standar antar dua pihak atau lebih. Lalu kemudian, adakah yang lebih baik dari sekedar ...

nyawa pencemburu

kita pencemburu, pada waktu dalam waktu mereka tak bersalah pun, kita sesak, begitu pula luang. senyap, merayap mereka pencemburu, dalam waktu pada waktu bernyawa, senyawa, pria wanita ***Banyumas, 1 Februari 2021.

pada waktunya

sampai,  ketika jiwa mulai kembali, menyatu satu persatu  mimpi-mimpi sempat tercecer, harapan bahkan sekadar lewat, tak sama sekali berarah kini, disini, semesta memberkati keramahan budaya,  lambat-laun beranjak, seisinya berkala aku, kamu kita semua pada waktunya ***Banyumas, 1 Februari 2021.

(2) Lewat Halaman Hati

suatu saat, kita akan bertemu di sudut waktu. menyayanginya, membiarkannya tumbuh semestinya suatu saat, ada hari yang lebam kita lewati. tetapi, tak hirau aku dan kau suatu saat, pada lembaran-lembaran hitam. perlahan, sama-sama kita rayakan

(15) Lagi ngapain;

ada,  yang kita biarkan, hanya dalam ingatan ada pun,  yang kita simpan,  dalam dalam belukar, beberapa lainnya tak sanggup,  sekadar di gambarkan sungguh,  sekalipun kau bertanya tentangku, aku tak berdaya berkata selengkapnya termasuk kau apapun saja, aku ingin berdiri disebelahmu,b bukan didepan apalagi dibelakang bersama, menerima,  sekalipun tak menutup mungkin untuk selalu seirama senantiasa, pungkasmu

tribute to mamake

sampai kering air mata, sampai hati, memejamkan semuanya aku tak benar-benar mengerti ini, perihal bukti, berbakti mencintaimu  apapun yang kau mau, mesti sekuatku, jiwaku ragaku apapun yang kau kehendaki, menjadi titik tuju,  hadirku saat ini disini pasti, semuanya tak sempurna. arah, semestinya itu sebabnya, aku bersujud maaf padamu. ikhlasmu, adalah dharma mengucap apa adanya, memohon makna. munajat, ketulusan doa berjanji atas nama setia, memelukmu. selamanya, selama-lamanya syahdan, sampai bertemu, di pangkuan dekapan-Nya

(14) Lagi ngapain;

beberapa hal, mesti terabaikan bukan keinginan murni, sebenarnya. hanya, istilah halus sementara apakah kita akan sama-sama peduli, ucapan mereka. soal, hati aku, memilih sibuk. merindukanmu, seadanya

(13) Lagi ngapain;

hentikanlah, dari mencari. titik henti, rumah itu sekalipun tak kusudahi mengejamu, wujudmu adalah bentuk pelarianku dunia tak kenal lelah. manusia, yang lemah terseok terjungkal kita menjadi. jangan, hanya mengada harapku  berhenti di koma. lebih, tepatnya sayang

(12) Lagi ngapain;

peradaban ini milik kita, sekalipun kepedihan tak hentinya tertawa cinta itu kejam, kekasih. engkau, mengerti bejibun kangen,  teramat sering membunuh tanpa kenal waktu kau tau, aku lampau sering gagal  soal ini kau pun tau, tak seorang pun  yang bercita-cita untuk gagal cinta itu,  rajam.  kekasih nun, tekadku. kelak, menghukumnya, dipelukanmu

(11) Lagi ngapain;

engkau tau,  aku tak memiliki  semuanya sedangkan, kecerobohanku mungkin akan menyulitkan jalan ini kita dipertemukan, mungkin  akan terpisah tetapi ketahuilah, aku tak pernah membayangkan perpisahan nasib kita ditulis di bintang, aku tak mengerti kau pun syahdan, malam hari menjadikannya lebih berarti tentu, tak ada yang layak untuk ku lewatkan tanpamu

Ufuk Jakarta

 singkaplah. kata-kata, dari lebam ufuk Jakarta membeku biru. lebam, bisu menelantar papar keluarkanlah rahasianya, yang kerap terlilit, khawatirnya do'a kau tak harus memilih, jika nanti tak tersisa  sia

mandeg

aku ingin bersembunyi, mungkin sementara waktu disana, jiwa terasa menemukan sesuatu yang tak didapat dari tatapan mata sekalipun dunia barangkali akan menggilasku, aku tak memperdulikannya biarlah, semua mengalir seperti sungai dihadapan kita kebutuhanku tidaklah banyak, selain memberitahu bahwa raga ini bernyanyi untukmu lantunan nada tanpa koma, selalu menjadi tawaran yang menghidupkanku saat tak ada lagi yang mesti ku jelaskan semua bertumbuh kemudian hancur seluruhnya mati  tanpa sempat hidup

Value

Berbicara tentang nilai, setiap orang memiliki nilai yang sangat amat beragam. Nilai orang (individu) tercipta oleh proses kehidupan yang telah di alami. Setelah orang memiliki nilai, maka orang tersebut punya penilaian. Jadi, antara "nilai" dan "penilaian" itu merupakan dua sisi yang integral. Ketika orang sudah mempunyai nilai dan penilaian, maka secara alamiah dia akan memiliki objek untuk di nilai. Jika orang A menilai orang B itu baik, maka sebenarnya orang A ini, menilainya berdasar pada nilai yang di punyainya dan berdasar pada objek yang di nilainya, yaitu orang B. Kembali ke argumen saya di awal, bahwa orang memiliki sebuah nilai yang sangat amat beragam.  Jadi apabila ada orang yang memberikan penilaian kepadamu, entah masuk dalam kategori baik atau buruk, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah bukan menerima secara mentah penilaian tersebut, melainkan kita harus terlebih dulu memahami orang tersebut, tentang kepemilikan "nilai" yang sepert...