Terdampar ditengah cakrawala, gagap pada liang antara. Yang dikejar berpaling, yang diharap lenyap. Seperti jatuh kedalam jurang antah berantah, nir-arah.
Masih kupegang kepalanya, merasakan beban berat
dipundaknya.
Mau berbicara kepada siapa, akan bercerita apa.
Tembok begitu tinggi, belum ada tangga untuk beranjak
pergi.
Dadanya tertutup awan gelap, seolah cahaya kesulitan
menemui celahnya.
Akan kemana?
Apa sebabnya?
Bagaimana caranya?
Kapan masanya?
Masihku bersamai sedihnya, kutatap mimpi buruk
dimatanya. Ya, ada tetes air mata yang tertahan disana.
Sudut pandang tak beraturan, bak kerdil menemui
kesendirian.
Kesepiannya tak terelakan, semacam membunuh perlahan.
Bagaimana dengan mereka?
Kabarnya,
Rencananya,
Kewarasannya.
Mungkin, kita sama. Sekalipun, tak persis sama.
Tenang,
Tenang,
Tenang,
Apapun saja, tak ubahnya kuda berlari, ada waktunya
harus berhenti.
Sejenak,
Sejenak,
Sejenak,
Siapapun saja, mencari, menuju dimana sembunyinya
mutiara. Perlu melewati sesal, takut, terluka, khawatir, cemas, titik nol. Sampai
kemudian, tersenyum memungkasnya, dan kembali pada yang sejatinya sejati.
Kita sama, meski tak persis sama.
Hanya berlainan waktu, sekadar berbeda cara.
Orang sekitar, tak sepenuhnya salah, termasuk dengan
engkau yang tak sepenuhnya keliru.
Kembalillah,
Kembalillah,
Kembalillah,
***Banyumas, 3 Februari 2021.
Comments
Post a Comment