Berbicara tentang nilai, setiap orang memiliki nilai yang sangat amat beragam. Nilai orang (individu) tercipta oleh proses kehidupan yang telah di alami.
Setelah orang memiliki nilai, maka orang tersebut punya penilaian. Jadi, antara "nilai" dan "penilaian" itu merupakan dua sisi yang integral.
Ketika orang sudah mempunyai nilai dan penilaian, maka secara alamiah dia akan memiliki objek untuk di nilai.
Jika orang A menilai orang B itu baik, maka sebenarnya orang A ini, menilainya berdasar pada nilai yang di punyainya dan berdasar pada objek yang di nilainya, yaitu orang B. Kembali ke argumen saya di awal, bahwa orang memiliki sebuah nilai yang sangat amat beragam.
Jadi apabila ada orang yang memberikan penilaian kepadamu, entah masuk dalam kategori baik atau buruk, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah bukan menerima secara mentah penilaian tersebut, melainkan kita harus terlebih dulu memahami orang tersebut, tentang kepemilikan "nilai" yang seperti apa, kapan, mengapa, dimana dan bagaimana, karena nilai lah yang menentukan penilaian.
Tentu akan berbeda nilai seorang profesor dengan nilai seorang buruh, misalnya. Penting untuk diketahui, bahwa setiap orang tak akan bisa menghilangkan subjektifitasnya, sekalipun ia berkata saya objektif.
Nilai adalah nilai, yang terus menerus akan berubah seiring proses pengalaman yang di alami. Terlebih, bila alam pengalamannya kemudian ia olah (refleksikan).
Syahdan, agaknya tidak banyak manusia yang telah mengalami berbagai hal, kemudian menaruh hasrat untuk merefleksikannya. Nun, tidaklah pantas untuk dilanjutkan, hidup yang tidak direfleksikan, begitu ujar Socrates.
"Kepedihan, puncak pencapaian, dan apapun saja yang sempat hadir membius perjalanan, datang dan pergi, meninggalkan bercak merah, hitam dan putih, sekaligus beriringan, biarkan..biarkan...".
***Purwokerto, 18 Januari 2018
Comments
Post a Comment