Skip to main content

Belum Genap Manusia (6)

Rasa itu tumbuh, begitu saja. Seperti air mengalir menuju tempat yang lebih bawah. Tentu, akan ada banyak penjelasan tentang itu. Pun, kelogisan yang menyerta nampak tersedia.


Ketika manusia mencari kejelasan ditengah kerumitan, kadangkala tidak kemudian mudah ditemukan. Meskipun, itu bukanlah sebuah kemustahilan.


Barangkali, semua manusia telah mengerti, bahwa akan dijumpainya lebih banyak sisi-sisi yang memang tercipta hanya sebagai teka-teki. Sekalipun, kendali untuk menemui "jelas", ada untuk diulas.


Meski begitu, membiarkan semuanya terjadi, tanpa ada kejernihan keterangan, bisa menjadikan hal tersebut sebagai kemenangan privasi (tidak semuanya). Seminimal-minimalnya, sebagai jalur menuju "tenang".


Syahdan, kekuatan untuk menempuh perjalanan jauh, berlubang, dan berliku, terdapat pada "kemauan untuk tidak mau", melebih-lebihkan yang kurang, dan mengurang-kurangi yang lebih.


Lalu siapa lagi yang berjalan jauh, kalau bukan manusia? 


Bisa fisiknya, terutama batin manusianya, jawabnya. Dari perjalanan itulah, mesti ada yang ditinggalkan, sekaligus akan ada yang baru datang. Maka, ke-belum genapan memilah hal, mampu berefek pada sikap hati-hati. Artinya, akan ada bentuk keseriusan mencari yang belum ditemukan.


Hingga, seseorang bijak pun menuturkan; "takkan ada sesuatu pun yang hilang, kecuali tersedianya wujud pergantian".


***Purworejo, 5 Desember 2020.


Comments

  1. JACKPOT yang besar hanya di AJOQQ :D
    WA : +855969190856

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-