Skip to main content

Manusia Manusia Semacammu 6)

Sebagai manusia yang kerap memalingkan pembicaraan, mereka tidak serta merta kurang kompatibel dalam memahami konten soal. Asumsi yang paling general biasanya meliputi dua hal. Pertama, terkait kepentingan dan kepedulian. Sedang kedua, berkelindan antara relevansi dan jam terbang. 

Dua asumsi tersebut, cukup untuk menambal rasa penarasan umum. Sekalipun, dalam hal-hal tertentu, kerap menghancurkan kemewahan kolektif-kolegial kemesraan bercakap-cakap.

Sekarang, misalnya kita taruh "keperluan ekonomi" dalam soal palingan pembicaraan. Pada dasarnya, keperluan ekonomi senantiasa memuat sisi yang paling privat bagi individu, sekaligus menjadi rahasia umum untuk membuat jokes tongkrongan. 

Kalau soal penentuan kebijakan yang lebih masif, ketertujuan pertanyaannya, untuk saat tentu bukan kepada kalangan kami.

Alih-alih membereskan pelbagai lilitan hutang, mereka justru malah  menumpuk-tunda tugas utamanya. Sibuk mencari suaka, sembari mempersiapkan korban selanjutnya.

Syukur, sesekali kami di ingatkan oleh keadaan, kalau-kalau hidup ini nyata keras dan cadas, jadi kami terlatih, untuk tidak mudah mengerasi siapapun dan dimanapun. 

Syahdan, kami dan mereka, sesekali punya kemiripian konteks. Katakanlah, dalam bidang memilih dosa. Entah yang sosial, ataupun yang teologis, dosa tetaplah dosa. Padat dengan segala konsekuensi dibalik sebab dan akibatnya. Cuman cukup rugi, kalau dosa kami dan mereka, ternyata malah membuat ketidaksantunan dalam bersikap, semakin dihargai.

Ternyata, kami dan mereka harus selalu mengingat, bahwa "jika begini" bisa jadi "tidak begitu". Ini berlaku pula, pada manusia manusia semacammu.

***Solo, 4 Agustus 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-