Skip to main content

Pemenang Perang

Mata manusia melebar, sesaat setelah fakta menyenangkan diakuisisi oleh persepsinya. Sebaliknya, mereduplah matanya memandang buruknya fakta. Dikotomi perjalanan hidup manusia, yang tak terperikan oleh kecanggihan teknologi apapun.


Keriuhan sejarah manusia hampir (mungkin), menuai seluruh segmentasinya. Dari sekadar guratan primer-biologis an sich, sampai hal-hal yang benar-benar tersier ditemukan oleh makhluk ber-akal ini. Semua terasa begitu cepat, ketika literatur-literatur sejarah dikupas dan diulik oleh para futurolog.


Beberapa titik-titik kesejarahan manusia, banyak yang terulang. Baik dan buruknya tersedia. Yang baik bisa hadir oleh hasil perolehan sumbangan manusia sebelumnya, begitu juga yang buruk. Sedang diantara ketidaktahuannya, mungkin terjadi keterputusan informasi.


Kontrol atas banyaknya kejadian, akan sulit terkendali oleh si manusia tersebut. Maka, beberapa memilih untuk meng-imitasi perilaku. Sikap-sikap semacam itu, ada untungnya bagi yang kuat dan populis. Lagi-lagi, manusia lemah akan tunduk, begitu juga berlaku untuk manusia yang dilemahkan.


Syahdan, kemampuan memprediksi masa depan, adalah kecakapan primer yang agaknya masih minim dipunyai oleh pemilik budaya kolektifis. Sedang, sejarah mencatat, bahwa pemenang perang adalah mereka yang memiliki budaya individualis. Plus-minus ini akan terus berlaku, sebagai lahan ujian. Sekalipun aktualisasi membalikan keadaan, akan tetap eksis.


***Banyumas, 6 Oktober 2020.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-