Skip to main content

Posts

Demonstran Meninggal: Potret Indonesia Melucuti Bajunya Sendiri !?

Mendekati waktu maghrib, pada 26 September 2019, masyarakat dihebohkan dengan meninggalnya salah satu mahasiswa bernama Randi. Mahasiswa tersebut meninggal saat melakukan demonstrasi di depan gedung DPRD Sulawesi Tenggara (SULTRA).  Para wartawan yang langsung mendatangi lokasi kejadian, mendapati beberapa informasi, khususnya yang datang dari pihak kepolisian setempat, bahwa Randi meninggal saat sedang dibawa ke rumah sakit terdekat. Liputan6.com mengabarkan kalau Randi meninggal karena terkena tembakan. Demonstran yang melakukan sejumlah pengrusakan di area gedung DPRD SULTRA tersebut, memaksa petugas keamanan (Baca: Polisi) bertindak tegas dan "keras". Mensikapi meninggalnya Randi tersebut, masyarakat di media sosial langsung bereaksi tegas, dan terkesan "keras". Pamflet-pamflet, tulisan-tulisan, pernyataan-pernyataan langsung membanjiri jagat medsos. Bahkan dibeberapa daerah, sebagian masyarakat berbondong-bondong melakukan sholat ghoib. Tidak sampai...

Demo Mahasiwa, Hanya Onani Belaka?

Filsuf muslim kenamaan India (Pakistan), Muhammad Iqbal, memberikan pemahaman kepada masyarakat, bahwa hakikat manusia itu bisa diketahui berdasarkan QS. Toha: 122 (manusia merupakan pilihan Tuhan), QS. Al-Baqoroh: 30 (manusia merupakan wakil Tuhan di Bumi untuk menjalankan tugas), QS. Al-Ahzab: 72 (manusia mengemban amanah mengelola Bumi) dan QS. Ar-Ro'du: 11 (manusia merupakan partner Tuhan dalam perubahan). Dari penjelasan yang diberikan Iqbal tadi, maka seminimal-minimalnya, kita mampu menyadari, bahwa secara substansial kita (manusia), hidup memiliki maksud dan tujuan. Maksud dan tujuan inilah yang menjadi peta petunjuk jalan.  Iqbal kemudian menerangkan pula, bahwa hidup ini tidak bersifat statis (tetap), melainkan dinamis (berubah). Dalam arti fisik, maupun non fisik. Baik itu yang nampak, maupun yang tak nampak. Entah itu yang disadari, maupun yang tak disadari. Dari hal tersebutlah, manusia belajar. Belajar memahami alam semesta, sampai dirinya sendiri. Kedina...

Ketua RT dapat Shock Therapy

Bahaya!  Masyarakat komplek sudah benar-benar jengkel. Kejengkelan mereka sebenarnya sangat kompleks, namun yang nampak kepermukaan tidaklah banyak. Tidak banyak, namun fundamental, yaitu kudeta! Tidak ada yang lebih memalukan dalam sebuah kepemimpinan, selain kudeta. Kudeta itu menunjukkan bahwa, kepemimpinan di nilai gagal. Memaksa untuk turun ini, jelas menunjukkan psikologi publik yang geram. Tentunya berkait dengan ketua RT, beserta kroni-kroninya. Masyarakat komplek yang berduyun-duyun di berbagai pelosok, berkumpul di titik-titik strategis. Terutama bergerak menuju sarang kekuasaan. Wow, ini tontonan yang cukup menggairahkan. Terlebih bagi beberapa "pemain" yang suka main tunggang-menunggang. "Wuidih..masyarakat kembali bangkit, setelah tertidur cukup lama", ucap Paijo sembari memegang kreteknya. "Iya lah jelas, RT kita ini kan lagi darurat!", respon kartiman, yang menampakkan wajah seriusnya. Berbeda dengan Paijo dan kartiman, karton...

Surplus Kuota Kecewa

Indonesia yang lahir pada 1945, telah melalui berbagai dinamika kesejarahannya sampai 2019 ini. Selalu ada cerita bahagia, namun tidak sedikit terdapat paparan luka. Baik itu yang terjadi oleh cipratan konflik dari dalam, ataupun goresan konflik dari luar.  Saat ini, barangkali sudah tidak relevan lagi kalau segala kejadian konflik itu, disebabkan oleh rendahnya pendidikan. Hal tersebut terbukti, dengan adanya extra ordinary crime (korupsi) yang meluas, dan itu dilakukan oleh para orang-orang yang tingkat pendidikannya tinggi. Pendidikan karakter yang mulai disuarakan secara resmi oleh penguasa, kira-kira sejak 4 tahunan ini, belum menemui impact positif. Justru malah menuai masalah-masalah baru, terkhususnya muncul kritik dari para pelaku pendidikan (sekolah) itu sendiri. Singkatnya, pendidikan karakter itu bermaksud untuk membentuk pribadi yang memiliki integritas dan profesionalitas, dalam seluruh lini kehidupan. Pembentukan moralitas dan kinerja produktif, telah di...

Kekacauan Perhatian

Informasi  membludak tak terbendung. Dari mulai kabar pemerintahan, selebritis hijrah, musik-musik cengeng, sampai aktifitas-aktifitas story dan group wa. Sampai-sampai telinga terindikasi buta, dan mata lambat laun mulai bolot. Seakan-akan semua yang terjadi, tidak menjadi pertimbangan, apalagi sebagai alasan untuk melakukan tindakan. Terlindas-lindas oleh keadaan! Untuk yang masih punya ketajaman pisau analisa, mungkin hanya sampai digunakan untuk mengupas fenomena-fenomena. Sesekali dimaksudkan pada sikap dan perlakuan. Perbandingan antara analisa dan aksi nyata bisa 70:30. 70 untuk analisa, 30 untuk aksi nyata. Akan tetapi dalilnya tetap, "tergantung oleh kondisi dan situasi". Setiap aktifitas memang akan, dan selalu di iringi oleh evaluasi. Paling minimal, itu terjadi lantaran diskursus yang tidak tuntas. Kadang-kadang malah hanya latah sosial. Durkheim menyebutnya sebagai sentimen sosial. Itu karena manusia takut tidak disebut bagian dari masyarakatnya, s...

Pak Kadus Bertutur, Light Will Guide You Home.

Pak “kadus” yang punya wajah lumayan ganteng, menjadi daya tarik tersendiri. Kalau secara kecerdasan sih rata-rata, cuman itu lhoo, liak-liuk retorika dan warna-warni gelombang suaranya, mampu membius khalayak. Lebih-lebih kalau sudah sampai 5 sampai 30 menit ngobrol, bukan hanya berpotensi kepincut, tapi bisa-bisa klepek-klepek. Pada salah satu momen, pak kadus yang cukup nyentrik itu mendatangi beberapa gadis yang sedang rehat di sela-sela kegiatan. “pak...pak..sini dulu mampir”, sapa salah satu gadis itu. Pak kadus yang cool, kemudian mendatangi mereka. Basa-basi diantara mereka, memberi pengantar obrolan yang ringan sampai agak berat. Salah satu dari gadis disana menanyakan, “pak kadus, bagaimana pendapat panjenengan soal pendidikan hari ini”? sambil melontarkan senyum memikatnya, pak kadus merespon, “oh soal itu,,ya ini, kita sampai sejauh ini, bersama tim belu selesai menyusun kurikulum”. Waktu yang cukup hangat mewarnai obrolan mereka. Tak lama kemudian, Maslanah datang...

Perhatian Beralih Pada Tali BH

Tidaklah mudah bagi seorang ketua “RT” menyusun sebuah peraturan. Menyusun saja tidak mudah, apalagi sampai pada tataran implementasi. Sebagian anggota RT bilang, “untuk menyusun sebuah peraturan itu tidaklah sulit...bla..bla...dimulai dari sini dan kita akan mengarah sampai sana”. Sebagian anggota RT lainnya pun tak mau kalah, dia bilang, “beri saya uang segini..bla..bla..maka saya akan bereskan seluruh problem masyarakat.  Namun, ternyata ada pula sebagain masyarakat RT tersebut yang memang sedari awal tidak begitu percaya terhadap ketua RT itu. Pun, sebagian komunitas mempercayakan sepenuhnya kepada ketua RT, dan tidak cukup sampai disitu, komunitas tersebut juga membela pendeng-gepeng, apapun yang dikatakan oleh ketua RT. Salah seorang kontestan yang ngomong pake ototnya dan otaknya secara keras, justru diam entah kemana, ketika masyarakat menuai berbagai problem yang makin kusut. “Namanya juga mantan kontestan, ya wajar kalau dia hanya ngomong keras saat kontestasi be...

Mitigasi Penderitaan Nasional

Penderitaan dan tekanan batin masyarakat Indonesia, bukan lagi hanya banyak, namun sudah sampai titik bebal paling njaremi . Memang kalau ngomongin tentang masalah kehidupan, entah itu soal ekonomi yang carut-marut, hukum yang semakin bias, komersialisasi pendidikan, sampai tata kelola politik yang ambyar , dslb., tidaklah pernah kunjung menemui  angin segar.  Belum tuntas satu masalah, sudah bermunculan sejuta masalah. Kalau dalam konsep agama, setau saya, hidup itu berbanding lurus dengan masalah atau ujian, dan masalah atau ujian itu berbanding lurus dengan pahala. Akan tetapi, sebagai manusia yang dibekali potensi pikiran, hal tersebut tidak kemudian dijadikan alasan untuk jor-joran . Agama mewanti-wanti pemeluknya untuk tawa sow bil haqi wa tawa sow bis sobr (lihat, QS. Al-'Asr). Sepak bola nasional yang babak belur, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang problematis, kabut asap yang nggilani , pengangguran yang semakin merata, dan sederet problema-problema yan...

Berbagi Perhatian: for us to get back together.

Ditengah kontestasi rasa dan rasio, yang sudah barang tentu tak luput dari kondisi tarik-menarik kepentingan kondisi kejiwaan (baik/buruk), saya menemukan diksi "Berbagi Perhatian", khususnya pada rentang riuh-rendah gemerlap semesta. Setidaknya hal tersebut ter-refleksi dari tiga momentum unik nan menggelitik hati dan akal pikiran saya, untuk sesegera mungkin menarasikannya. Tidak bermaksud mengajukan sebuah curhatan pada media blog ini, hanya saja "kehendak" yang diprakarsai oleh batin saya, bermaksud untuk membagikan sebuah perspektif terhadap dunia, dalam arti terhadap kerabat pembaca sekalian, bahwa "kekasih Tuhan" yang berkeliaran dimuka Bumi ini, sungguh-sungguh menarik sekaligus mendorong saya pada sebuah kondisi nilai utama Tuhan, yaitu Rahman dan Rahim. Term "berbagi perhatian" ini, hendak saya ramu, serta saya paksa untuk di- development . Jadi begini. Bicara tentang berbagi perhatian ini, perbedaan akurasi dan presisi...

Sarjana: Harusnya Bagaimana.

Indonesia yang "lahir" pada 17 Agustus 1945, sebentar lagi akan berulang tahun yang ke-74. Kalau kita lihat dari sudut dan kacamata evolusi manusia, maka umur 74 bisa dikatakan menjelang sepuh. Namun melihat dengan perspektif evolusi untuk sebuah bangsa dan negara, sepertinya kurang tepat, walaupun tidak kemudian bisa sepenuhnya disalahkan. 74 tahun sudah ibu pertiwi secara politik mengalami 7 kali perubahan presiden, juga melalui paling tidak 3 (tiga) fase yang akrab dalam pandangan umum, yaitu orde lama, orde baru, dan sekarang era reformasi. Dinamika berbangsa dan bernegara terus berjalan. Revolusi fisik telah dilalui, kemudian revolusi industri 4.0 sedang dihadapi. Pertanyaan yang muncul saat ini adalah bagaimana dengan masa yang akan datang? Maksud saya, bagaimana warna nasib negara yang bernama Indonesia ini? Apakah warna putih, ataukah merah? Atau malah abu-abu? Segala macam dan jenis, bahkan spesifikasi pertanyaan sangat bisa dan lumayan banyak sanggup muncul. C...

Filosofi MHB RR WP

Selasa, 3 September 2019, waku menunjukkan pukul 5.34 WIB. Lalu-lalang aktifitas kendaraan bermotor mulai memadat-merayap ditengah angin yang riuh-rendah. Tidak begitu mengesankan, dalam arti keberbedaan yang terasa cukup biasa-biasa saja. Namun ada makna baru dalam setiap lembaran-lembaran nafas yang terhembus dari hidung setiap insan. Baik yang secara sadar di bangun, maupun yang tidak begitu amat disadari. Ada kesan tertentu dalam setiap hela senyum batin, serta ada sisi lain yang menyertainya, ialah tujuan didepan. Tidak mungkin tidak, kalau setiap kita memiliki tujuan itu. "Itu" disini bermacam ragamnya. Dari mulai sejauh mata memandang, maupun sejauh jarak berfikir dan ber-imaji. Tentulah dibutuhkan energi, untuk kemudian setiap waktunya dipompa, dalam tuntunan misi. Orang menyebutnya rencana (pendek-menengah-panjang). Sejak kira-kira 9 tahunan, saya menduga bahwa ada taqdir yang diberikan Tuhan kepada saya untuk menjadi sosok "guru". Dugaan ini bukan lag...

Laporan Pertanggungjawaban Ketua IMM IAIN Purwokerto

            Assalamu’alaikum wr. wb. Allah swt. Harus senantiasa di puji. Rasulullah Muhammad saw. Harus senantiasa di teladani. Muhammadiyah harus senantiasa di hidupi. IMM harus senantiasa di cintai. Memuji…meneladani….menghidupi….mencintai….semua manusia bisa, persoalannya apakah saya dan Anda bisa untuk senantiasa?             Yang saya hormati keluarga IMM se-IAIN Purwokerto, juga kepada kakanda PC IMM Banyumas, saya sampaikan terimakasih atas kehadirannya. Mengacu pada ketetapan hasil pembahasan kaidah korkom PC IMM Banyumas padatanggal 29 Dzulhijjah 1437 H bertepatandengan 01 oktober 2016 M. Pimpinan k oordinator komisariat (korkom) adalah kelengkapan fungsional organisasi yang mengkoordinir komisariat-komisariat IMM di suatu perguruan tinggi atau tempat tertentu yang berada di dalam wilayah pimpinan cabang (PC).  Dalam hal ...