Bahaya!
Masyarakat komplek sudah benar-benar jengkel. Kejengkelan mereka sebenarnya sangat kompleks, namun yang nampak kepermukaan tidaklah banyak. Tidak banyak, namun fundamental, yaitu kudeta!
Tidak ada yang lebih memalukan dalam sebuah kepemimpinan, selain kudeta. Kudeta itu menunjukkan bahwa, kepemimpinan di nilai gagal. Memaksa untuk turun ini, jelas menunjukkan psikologi publik yang geram. Tentunya berkait dengan ketua RT, beserta kroni-kroninya.
Masyarakat komplek yang berduyun-duyun di berbagai pelosok, berkumpul di titik-titik strategis. Terutama bergerak menuju sarang kekuasaan. Wow, ini tontonan yang cukup menggairahkan. Terlebih bagi beberapa "pemain" yang suka main tunggang-menunggang.
"Wuidih..masyarakat kembali bangkit, setelah tertidur cukup lama", ucap Paijo sembari memegang kreteknya. "Iya lah jelas, RT kita ini kan lagi darurat!", respon kartiman, yang menampakkan wajah seriusnya. Berbeda dengan Paijo dan kartiman, kartono justru memberikan analisa lain. "Ini jelas ditunggangi oleh organisasi terlarang komplek kita!", ucapnya di group wa komplek.
"Entah lah..ini kan soal waktu saja, baik itu akan menguntungkan kekuasaan, atau menguntungkan taliban, tetap saja rakyat yang dirugikan", ujar simin sambil nyengir-nyengir kuda.
Bagaimanapun, dan siapapun pelakunya, kesejarahan dinamika sosial-politik akan terus berjalan. Akan tetapi sungguh berat, jikalau pak RT tidak menggubris aksi sebagian masyarakat komplek kita.
Kabar gembira! Ada angin segar di pusat. Terlihat di gardu reportase, bahwa sore tadi mereka mengadakan pertemuan di kantor RT. Pembahasannya seputar kecaman masyarakat komplek, yang kompleks.
Dinama sosial dan politik di RT kita ini, selalu berbasis dan ber-impact tarikhiyah dan madaniyah. Susahnya, kalau beberapa masyarakat menukar massa dengan uang neraka. Oh! bedebahnya dikau kekasih.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 23 September 2019.
Comments
Post a Comment