Skip to main content

Mengalami Diri (5)

Untuk sampai pada mengalami irama hidup berprinsip "maraton", diperlukan pemahaman yang universal, radikal, sekaligus reflektif. Poin atas pemahaman tersebut, memberikan peluang yang lebih besar untuk menyadari kebutuhan bertumbuh.


Maraton sebagai sisi paradoksal dari sprin, mengandaikan rentang jalan hidup yang panjang dan lebar. Subjek dan objek yang memiliki ketahanan, akan dengan sendirinya menggeser kegemilangan apapun yang bersifat kesementaraan.


Kemudian, poin yang melingkupi secara integral pada prinsip maraton tersebut; pertama soal universalitas. Menaruh arti, keluasan jangkar pandang, yang kemudian akan membawa ke arah kedewasaan sudut pandang, sekaligus menjernihkan resolusi pandang.


Lalu kedua, tentang radikalitas. Bermakna melintas jauh ke titik-titik akar yang melatarbelakangi segala hal (first principle). Misalnya, manusia memilih menu makan, maka first principle-nya adalah soal lapar (biologis), etc.


Dan ketiga, perihal reflektifitas. Term ini, membumbui sikap dan laku yang terus "bercermin". Sebuah proses menganggap penting segala hal, untuk diberi penamaan untuk sampai pada pemaknaan. Dari hal yang terkecil sampai besar, dari yang mungkin senyatanya, ke yang mungkin seharusnya.


Syahdan, kerangka pikir semacam ini, agaknya masih jarang kita ketengahkan sebagai isu maistream. Hal tersebut wajar, namun sebenarnya ironis. Lebih-lebih, "harga" diri manusia modern yang telah dikaburkan oleh sekadar kepentingan perut.


Hingga pada akhirnya, problem atas ketenangan hati, menjadi sesi puncak dari menjalankan peran kehambaan, dalam fungsi apapun saja, ditengah rentang jalan kesejarahan manusia. Nun, mau dan mampu menerima "pluralitas diri", merupakan setingginya kemewahan di mengalami diri.



***Purwokerto, 4 Maret 2021.


Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-