Menatap ringan diatas gelas-gelas plastik, sedikit menipu hati yang kembali menuai harap. Apapun saja, mengaliri hunian ramai disini. Atas nama derita dan juang, mereka menemui keberanian melampaui.
Letih tak terhindarkan, kusut menampar-nampar. Namun, asa masih terbungkus rapih, selayang pandang membumbui detik jalan yang tak sepenuhnya lapang. Meski begitu, tak ada yang tega menyalahkan kenapa, dimasa silam.
Kangen begitu dingin, kalut pada deruan gerimis malam ini. Hingga, para pejalan kaki tak tergoda untuk menoleh pada belakang, utamanya pada sisi lain pengkhianatan.
Konon, disini sempat ada kesiapan, untuk berterus terang pada fase nyaman. Sekadar tinggal, tanpa ada ketetapan batin pada sementara. Seluruhnya, memilih sebagai prasasti, tempat tatapan menuai memori.
Syahdan, semua mengalami berkala, tak secepat harapan, tak selambat kekhawatiran. Sungguh lengang dalam pantauan, cukup padat di kenang.
***Purwokerto, 9 Maret 2021.
Comments
Post a Comment