Skip to main content

Pendulum Ingatan (2)

 Menatap ringan diatas gelas-gelas plastik, sedikit menipu hati yang kembali menuai harap. Apapun saja, mengaliri hunian ramai disini. Atas nama derita dan juang, mereka menemui keberanian melampaui.


Letih tak terhindarkan, kusut menampar-nampar. Namun, asa masih terbungkus rapih, selayang pandang membumbui detik jalan yang tak sepenuhnya lapang. Meski begitu, tak ada yang tega menyalahkan kenapa, dimasa silam.


Kangen begitu dingin, kalut pada deruan gerimis malam ini. Hingga, para pejalan kaki tak tergoda untuk menoleh pada belakang, utamanya pada sisi lain pengkhianatan. 


Konon, disini sempat ada kesiapan, untuk berterus terang pada fase nyaman. Sekadar tinggal, tanpa ada ketetapan batin pada sementara. Seluruhnya, memilih sebagai prasasti, tempat tatapan menuai memori.


Syahdan, semua mengalami berkala, tak secepat harapan, tak selambat kekhawatiran. Sungguh lengang dalam pantauan, cukup padat di kenang.



***Purwokerto, 9 Maret 2021.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-