Adakalanya, segalam macam yang kita ketahui, memerlukan pembiaran terlebih dahulu. Semacam memberikan jeda, untuk yang diketahui tersebut terendap, untuk kemudian sewaktu-waktu diketengahkan kembali.
Barangkali, selama ini manusia terlalu terburu-buru untuk memikirkan segala hal, padahal tidak semua yang terketahui, kemudian langsung harus dieksekusi kedalam alam pikir. Seperti tubuh yang butuh rehat, pikiran pun demikian.
Tubuh yang manusia miliki ini, punya keterbatasan, seperti hal nya indera yang diistirahatkan dalam kesehariannya. Konon, mengistirahatkan pikiran jauh lebih sulit ketimbang mengistirahatkan tubuh. Bahkan, acapkali antara tubuh dan pikiran, kerap terjadi tarik-menarik dan berlaku nir-sinergis.
Disinilah, prinsip semuanya memerlukan latihan, penting disadari kembali. Tubuh di olahragakan, sedang pikiran di olahpikirkan. Keduanya memerlukan intonasi, beserta irama dan temporalitasnya.
Syahdan, peluang atas pemahaman baru dalam setiap harinya, akan selalu ada. Sebab, pasti tidaklah sama, membaca teks yang sama dalam titik waktu yang berbeda. Maka, prinsip menjadi seapadanya adalah preambule bertumbuh paling presisi.
***Cilacap, 5 Maret 2021.
Comments
Post a Comment