Skip to main content

Posts

Belum Genap Manusia (5)

2020 hampir selesai, peradaban semesta akan segera menuai 2021, yang tentunya dengan problematika baru. 2020 ini, kita mengalami pengalaman yang sama sekali tak terprediksi. Sekaliber rencana, terpaksa improve secara alami. Mungkin akan sama dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana resolusi tahun baru akan indah kita canangkan. Konsepsi umum sampai men-detail, cepat-cepat dituangkan, sebagai pijakan mengarungi bahtera perjalanan.

Belum Genap Manusia (4)

Ketidakberdayaan terkadang mampu menumbuhkan pemberdayaan, sekalipun itu tidaklah beriringan secara langsung. Kami tersambung oleh persamaan, untuk tidak berlebihan meraup kemerdekaan. Hingga beberapa dari mereka salah menyangka, bahwa kami sekadar malas berjuang demi angka.

Belum Genap Manusia (3)

Berusaha mengeluarkan isi pikiran kedalam sebuah tindakan, bukanlah sesuatu yang mudah. Terlebih, bila pada suatu waktu, komponen pendukung, misalnya orang sekitar, tidak menaruh respon yang tepat. Baik secara verbal, maupun yang bukan verbal. Beberapa efek domino dari menahan isi pikiran untuk tidak keluar menjadi tindakan, bisa menjadikan seseorang kuranga menikmati hidupnya, sampai mungkin saja berimbas pada gangguan psikosomatis.

Belum Genap Manusia (2)

Dalam beberapa bagian, ketegangan antar sesama bisa memuncak. Pembenaran atas ini, berangkat dari relasi historis yang dimiliki. Misalnya, kecerobohan ataupun kedisiplinan yang mereka alami sebelumnya. Sangat mungkin, dalam beberapa sesi pun demikian. Katakanlah hubungan bagian-bagian esensial atas idiom "peduli". Entah yang bertujuan khusus, ataupun sifat-sifat yang sama sekali alamiah.

Belum Genap Manusia (1)

Menjalani rangka hidup yang masih serba abu-abu, bukanlah sesuatu yang sama sekali baru. Bagi kami, menertawakan kemalangan diri sendiri, semacam rutinitas yang paling logis dan realistis untuk dilakukan.  Terlebih, untuk sebagian dari kami yang seolah tak lagi memiliki keberanian untuk berbagi cerita kepada sesama. Mungkin, terlalu banyak pertimbangan bagi kami, untuk mencoba (kembali) kecewa terhadap respon nasehat yang terlampau mulia dari lawan bicara.  

Kemewahan Terakhir

Selalu ada harga yang wajib dibayar (hampir), dari sebuah rentetan garis mimpi. Dari waktu, pikiran, perasaan, tenaga, sampai hal-hal yang mungkin berpotensi memiliki harga lainnya. Dari harga yang mesti dibayarkan, tidak selalu berbanding lurus dari jawaban impian. Terkadang, malah meleset jauh dari harapan. Kenyataan memang sesekali kejam, namun ada juga yang betul-betul lebih memuaskan, dari sekadar target impian.

Pemilahan Kalimat Jawab

Beberapa sandiwara, ataupun kekakuan perjalanan hidup, cukup terlalui dengan derajat gamang. Apakah semua manusia pernah mengalaminya, atau sekadar hanya beberapa saja? Babag hidup selalu mengarah kedepan, sekalipun pelajaran mesti berangkat dari titik belakang. Namun, kosa kata "disini dan saat ini", menjadi salah satu kunci yang menghinggapi beberapa kepuasan.

tribute

Kesediaan untuk membuka lembaran baru dalam hidup, (hampir) selalu harus melewati kegelisahan yang memuncak. Gelisah pasti dilekati oleh kesedihan, sampai dengan krisis multidimensional. Dari yang (mungkin) sederhana, sampai yang kompleks. Kegelisahan semacam pecut hukuman, yang hadirnya lebih ke hal-hal yang tidak terpredikai sebelumnya.

Karat

Adakah yang lebih menggema,  dari sentuhan perhatianmu Kemana ia, yang sempat hadir menjadi kagum dan bangga Mungkinkah, terdapat busur tatap yang terkandung makna,  bersama lesatan panah percaya

Yth.

Entah apa yang tengah engkau cari akhir-akhir ini, sepertinya waktu menggilasmu sedemikian kusut. Rutinitas terasa menjemukan, beberapa time line kau siakan. 

Proyek Ingatan

Masa-masa saat ini, manusia secara mayor, dibawa oleh alam untuk mengalami ketidakberdayaan eksistensial. Sampailah kini, para penduduk bumi menginjak fase-fase tersulit, yang unpredictable. Sebagian kalangan, memang tidak merasakan dampak domino dari letupan covid-19. Namun, keberlangsungan krisis ini benar-benar sanggup mengelupas habituasi yang cukup mapan.

Bentangan Laku

Dalam rentetan perjalanan hidup manusia, banyak terdapat jejak-jejak kesamaan, sekaligus perbedaan. Misalnya, kebutuhan biologis atas lapar, sama-sama bertujuan demi memenuhi kebutuhan sel-sel tubuh. Sedang perbedaannya, ada pada preferensi menunya. Dalam rangka melanjutkan tanggungan berbagai "masalah" yang manusia hadapi pun, mengandung kesamaan, yang pada  akhirnya pun, terkandung perbedaan. Dari persamaan dan perbedaan "sederhana" inilah, muncul berbagai "masalah" berikutnya. Kecenderungan manusia untuk memilih kesamaan dari pada perbedaan, telah banyak dibuktikan oleh para ilmuwan. Tentu, dengan titik tekan, sekaligus dengan menggunakan peta ulasan yang beragam. Meski begitu, kodrat "unik" dalam diri manusia, tetap saja tidak bisa dinafikan. Baik sebatas konteks dan teks, maupun historisitas latar belakangnya. Ditengah "kesunyian" yang mau tidak mau dijalani oleh tiap-tiap manusia (sekalipun ia tengah berada di khalayak ramai), neg...

Ketegasan Simbol

Kelengkapan atas penjelasan pada suatu hal, mesti menyisakan ruang hampa makna. Sekalipun ada beberapa hal yang kemudian menjadi konsensus bersama, itu pun tetap tidak menangkap senyatanya presentasi kehendak. 

Adaptasi Interest

Kekecewaan publik sedang meradang, sekalipun belum menjangkau seluruh elemen. Jika diakumulasikan kedalam nalar awam, terdapat titik besar; adalah kekhawatiran efek domino terhadap kebebasan kompetisi pasar. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kompetisi akan selalu dimenangkan oleh mereka yang telah bersiap dari segala sisi. Maka otomatis, mereka yang menyatakan belum bersiap, akan mengajukan protes.

Pemenang Perang

Mata manusia melebar, sesaat setelah fakta menyenangkan diakuisisi oleh persepsinya. Sebaliknya, mereduplah matanya memandang buruknya fakta. Dikotomi perjalanan hidup manusia, yang tak terperikan oleh kecanggihan teknologi apapun. Keriuhan sejarah manusia hampir (mungkin), menuai seluruh segmentasinya. Dari sekadar guratan primer-biologis an sich, sampai hal-hal yang benar-benar tersier ditemukan oleh makhluk ber-akal ini. Semua terasa begitu cepat, ketika literatur-literatur sejarah dikupas dan diulik oleh para futurolog.