Skip to main content

Puasa Mencintai (2)

Aku membacamu dalam bayangan hitam, menari-nari diatas pusaran isi kepala.
Disana, engkau memakai kebaya putih milik leluhur kita.
Meliak-liuk tubuhmu, bak putri sang raja.

Ditengah pergantian dini hari, kakiku melangkah pasti kearahmu.
Pelan, dan seiring mendekat di hadapan.
Perlahan, wangi melati mengalun lembut di keciuman.

Bersamaan dengan harmoninya suara alam, kini aku berdiri dihadapan adinda.
Dengan nafas pasti, kita saling bertatap di kedekatan.
Pada saat itulah, telapak tanganku membuka kenyatuan dengan telapak tanganmu.
Dan kita, sama-sama terhanyut ke dalam romansa paling melelehkan.

Tetapi, adinda...
Kini alam sedang menahan dirinya, untuk tidak semena-mena pada rencana manusia.
Konon, ia menyimpan sebongkah kepastian, yang menguji kesabaran tanda tanya.

***Banyumas, 14 Mei 2020. 

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-