Pembelajaran Quantum 1

1. Prinsip aktivitas dalam pengajaran, meliputi 2 (dua) subjek, yaitu guru dan siswa/peserta didik. Pertama, guru. “you can lead the horse to a water but you cannot make him drink”. Guru memberikan kail beserta keterampilan cara menggunakannya dan bukan memberikan ikan. Dalam artian, guru adalah pemantik atau stimulus jalannya pembelajaran, dengan tetap memperhatian tujuan pembelajaran, ialah perubahan perilaku siswa. Kedua, siswa/peserta didik. Terdiri dari 8 (delapan) prinsip, yaitu: mengamati, berbicara, mendengarkan, menulis, menggambar, motorik, mental, emosional. Diantara prinsip-prinsip tersebut, tingat optimalnya berada pada pendengaran, pengamatan, dan pendengaran. Dari prinsip aktivitas diatas, guru perlu mengelaborasinya dengan prinsip motivasi, individualitas, lingkungan, konsentrasi, kebebasan, peragaan, kerjasama dan persaingan, apersepsi, korelasi, efisiensi dan efektifitas, globalitas, permainan dan hiburan.

Adapun penerapannya ditengah pandemi saat ini, guru harus memanfaatkan teknologi, seperti WA group, zoom, google meet, dst. Sedang dalam prakteknya, guru perlu memberikan pembelajaran yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Misalnya, dengan memberikan tugas membuat video aktifitas produktif di rumah yang melibatkan keluarga.

2. Prinsip lingkungan dalam pengajaran, “...it appears to be that heredity determines what can do, environtment what he does do within the limits imposed by heredity”. Faktor bawaan lebih menentukan dalam hal intelegensi, fisik dan reaksi inderawi; sedangkan lingkungan lebih berpengaruh dalam hal pembentukan kebiasaan, kepribadian, keterampilan, serta sikap dan nilai/value.

Adapun penerapannya ditengah pandemi ini ialah, guru harus mengkonsep pembelajaran dengan memperhatikan lingkungan, dalam hal ini rumah. Misalnya, apakah semua siswa memiliki akses internet yang baik dari rumah, jika iya maka pembelajaran bisa di optimalkan menggunakan aplikasi. Jika tidak, maka guru bisa menggunakan aplikasi sebatas pada orang tuanya, yaitu memberikan penugasan yang dapat membentuk siswa tetap enjoy belajar di rumah. Misalnya dengan memberikan penugasan berupa, pembiasaan minimal membaca buku 10 menit dalam sehari, olahraga, dan bercocok tanam bersama keluarga.

3. Prinsip permainan dan hiburan dalam pengajaran, memiliki pengaruh yang signifikan. Bahwa kelas pengajaran yang diliputi oleh suasana hening, sepi, serius, dan penuh konsentrasi akan membuat peserta didik menjadi kelelahan, bosan, capek, butuh refreshing, istirahat atau rekreasi. Guru memiliki peran untuk memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melakukan refreshing, karena memahami kebutuhan siswa/peserta didik sebagai totalitas antara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal tersebut, diperkuat dengan argumen bahwa manusia merupakan “homo ludens”, yang artinya manusia itu makhluk yang senang bermain. Kuncinya maka, pembelajaran harus melibatkan permainan dn hiburan didalam prosesnya. 

Adapun penerapan saat pandemi saat ini ialah, guru memberikan penugasan kepada siswa berupa, misalnya rekomendasi game yang bermuatan nilai moral, seperti game sepak bola yang mengandung pesan sportifitas. Atau misalnya, bermain tebak nama-nama ilmuwan bersama keluarga.

4. Model pembelajaran mnemonik, adalah teknik apapun yang memudahkan penyimpanan dan pengambilan informasi dari memori. Pada dasarnya, pemacu ingatan atau mnemonik, memiliki 3 (tiga) teknik. Pertama, teknik loci, yang mengandung arti mengingat dengan melakukan asosiasi pada benda, yang dihubungkan dengan materi. Kedua, teknik kata kunci, yang bermakna, mengingat kata kunci pada sebuah materi tertentu. Ketiga, teknik akrostik, yang berarti, mengingat frasa tertentu yang memiliki keterkaitan dan relasi yang sistematis dengan materi.

Terdapat persyaratan khusus untuk menerapkan metode mnemonik, ialah memahami perkembangan kognitif siswa/ peserta didik. Pemahaman pada aspek kognitif ini, bertalian erat dengan intelegensi siswa, misalnya intelegensi verbal-linguistik. 

5. Output belajar menurut Gagne, adalah perubahan tingkah laku yang permanen, ia menyebutnya sebagai kapabilitas. Adapun penerapannya, guru dapat memberikan materi yang mengarahkan siswa untuk mengimplementasikan prinsip kedisiplinan. Misalnya, untuk mengerjakan tugas A, maka siswa harus mengerjakan tugas B dan C terlebih dahulu.