Skip to main content

Korban Virus (3)



Pandemi rasa-rasanya, benar-benar merusak impian saya. Studi S-2 yang saat ini sedang saya jalani, sungguh terhambat. Tatap muka diganti tatap virtual, menyulitkan saya mencerna pengetahuan yang diberikan dosen.

Akhirnya, 2 (dua) mata kuliah 90% berpotensi gagal, alias harus mengulang kembali di semester berikutnya. Hal tersebut masih mending jika kuliah yang saya jalani, menggunakan uang pribadi. Dalam kenyataannya, kuliah ini di biayai oleh orang lain. Jadi, rasa tidak enak apabila gagal, sangatlah tinggi.

Hidup dibawah tekanan begini sungguh berat. Mirip seperti sepak bola. Jika klub bermain tanpa beban, maka kemungkinan besar ia akan memenangkan pertandingan. Namun, sebaliknya apabila penuh dengan beban, maka kemungkinan kalahnya tinggi.

Beban berat membuat saya pusing, dan rutinitas tidaklah seimbang. Konsentrasi menjadi menurun, membaca dan menulis pun menjadi sangat berat, tidak seperti sebelumnya.

Pekerjaan saya, kini di dominasi oleh tidur dan makan, yang sungguh tanpa arti dan makna. Saya sering melamun, memandang kosong keluar rumah. Saya benar-benar iri, kepada mereka yang tetap enjoy beraktifitas. Mereka bukanlah sarjana seperti saya. 

***Banyumas, 11 Mei 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-