Pandemi rasa-rasanya, benar-benar merusak impian saya. Studi S-2 yang saat ini sedang saya jalani, sungguh terhambat. Tatap muka diganti tatap virtual, menyulitkan saya mencerna pengetahuan yang diberikan dosen.
Akhirnya, 2 (dua) mata kuliah 90% berpotensi gagal, alias harus mengulang kembali di semester berikutnya. Hal tersebut masih mending jika kuliah yang saya jalani, menggunakan uang pribadi. Dalam kenyataannya, kuliah ini di biayai oleh orang lain. Jadi, rasa tidak enak apabila gagal, sangatlah tinggi.
Hidup dibawah tekanan begini sungguh berat. Mirip seperti sepak bola. Jika klub bermain tanpa beban, maka kemungkinan besar ia akan memenangkan pertandingan. Namun, sebaliknya apabila penuh dengan beban, maka kemungkinan kalahnya tinggi.
Beban berat membuat saya pusing, dan rutinitas tidaklah seimbang. Konsentrasi menjadi menurun, membaca dan menulis pun menjadi sangat berat, tidak seperti sebelumnya.
Pekerjaan saya, kini di dominasi oleh tidur dan makan, yang sungguh tanpa arti dan makna. Saya sering melamun, memandang kosong keluar rumah. Saya benar-benar iri, kepada mereka yang tetap enjoy beraktifitas. Mereka bukanlah sarjana seperti saya.
***Banyumas, 11 Mei 2020.
Comments
Post a Comment