Bagi mereka yang sanggup mengambil hikmah di tengah pandemi ini, saya sampaikan; Anda beruntung. Anda adalah manusia yang mungkin menjadi mayoritas. Sebab mereka yang tak mampu mengambil hikmah, otomatis menempati posisi minoritas.
Positif dan negatif, acapkali bukan terletak pada kejadiannya, tetapi ada pada pensikapnnya. Sikap yang positif, akan membawa pemiliknya menempuh mekanisme tindakan yang positif pula. Begitu juga sebaliknya, apabila sikap yang dipilih adalah negatif.
Sikap sebagai latar utama perilaku, memiliki dinamika yang intens. Pagi begini, sore begitu, malam bisa berbeda sama sekali. Adalah normal bagi manusia seluruhnya, karena tak ada yang bisa mengendalikan lingkungan secara sempurna.
Saat pandemi menempuh 28 (dua puluh delapan) hari, fenomena yang cukup berkembang ditengah masyarakat, ialah kriminalitas pencurian. 2 (dua) pekan yang lalu, pakde saya kemalingan motor, dan begitu juga tetangga saya yang kehilangan motornya.
Kalau ada yang memilih untuk mencuri motor, kemungkinannya cuma ada dua, pertama kepepet kebutuhan. Kedua, kehilangan pekerjaan. Mencuri motor sangat berbeda, dengan kejahatan kerah putih; korupsi.
Orang yang mencuri, sudah bisa dipastikan bersikap negatif terhadap pandemi ini. Karena ia tak mampu mengambil hikmahnya, misalnya dengan bercocok tanam. Namun, siapa yang mengerti, jika menanam juga terkadang butuh skill tertentu.
Pencurian memang mengerikan, tetapi sebenarnya ada yang lebih mengerikan, adalah ketika meja makan berbuka puasa penuh dengan aneka ragam menu, sedang tetangganya kelaparan.
Jadi, siapa yang salah; mereka yang selfie menu buka puasa mewah, atau maling motor demi kebutuhan pangannya. Yang jelas, beberapa hal diatas perlu dipikirkan, seminimal-minimalnya sebagai pertanda untuk masa yang akan hadir.
***Banyumas, 12 Mei 2020.
Comments
Post a Comment