1. Secara substansial, perbedaan antara values, moral, dan karakter, terletak pada dasar pijakan atau state of mind dari individu atau masyarakat. Dasar pijakan itu terdiri dari agama dan logika sosial (koherensi, korespondensi, pragmatis). Hal tersebut, berkembangan secara dinamis (interpretatif), bergantung pada perkembangan zaman.
Contoh: Ibadah tarawih. Sebelum ada virus corona, orang yang tidak melaksanakan sholat tarawih di masjid akan dianggap bermoral buruk (secara agama dan logika sosial), akan tetapi saat ini tentu anggapan itu berubah.
2. Teori pembelajaran sosial (social learning theory), Albert Bandura. Menjelaskan bahwa, perilaku individu dominan terbentuk dari hasil mengamati dan meniru. Teori ini memiliki peran untuk menerangkan bahwa misalnya, orang akan menghindari mencuri, karena dia mengerti, telah banyak orang yang mencuri, yang kemudian mengakibatkannya masuk penjara.
3. Dalam al-Qur’an terdapat multi pendekatan yang dapat diidentifikasi terkait pendidikan karakter atau pendidikan akhlak. Beberapa pendekatan dalam pendidikan karakter adalah: pertama, pendektan teosentris (Q.S. 1: 1-7, Q.S. 96: 1-5) dan beberapa ayat lainnya. Kedua, pendekatan antropologis, ketiga, pendekatan historis, seperti cerita para Nabi, cerita Fir’aun, Namruj dan lainlainnya. Keempat,pendekatan personality (kepribadian), cerita Nabi Muhammad, Lukmanul Hakim dan lain-lainnya. Kelima, pendekatan filsafat, di mana Allah Swt memotivasi manusia untuk memperhatikan, memikirkan ciptaan-Nya. Dan keenam, pendekatan psikologis.
Menurut saya, pelaksanaan pendidikan yang ideal dalam Islam, untuk dapat membentuk karakter muda muslim adalah dengan cara mengintegrasikan kelima pendekatan diatas. Dalam tahap implementasinya, pihak keluarga dan sekolah, merupakan variable yang harus mengawalnya secara tepat. Yang menjadi penekakan hari ini ialah, perhatian pendidik terhadap psikologi generasi milenial, yang jelas berbeda sama sekali dengan generasi sebelumnya. Diperlukan kreatifitas tingkat tinggi, terutama dari pihak pendidik.
4. a. Penyebab orang tidak patuh aturan, ialah karena pengetahuan/informasi tentang kesehatan belum terinternalisasi.
b. Cara mengatasinya yaitu dengan pendekatan integralistik, seperti yang telah disebutkan pada jawaban nomor 3.
Comments
Post a Comment