Bicara pandemi memang kompleks, walaupun aspek ekonomi menengah kebawah lah yang menjadi korban, namun sejatinya juga merambah kepada kelumpuhan budaya akademik.
Keakraban tatap muka, terpaksa dihilangkan sementara. Ujian skripsi misalnya, kini dialihkan menggunakan aplikasi zoom, meet, dan lain sebagainya. Menjadikan kenikmatan berhadap-hadapan tak lagi ada.
Aktifitas akademik yang syarat akan dinamika sosial, saat ini berwajah murung sebenarnya. Budaya nongkrong di perpustakaan, kantin, gazebo, kos, pondok, kontrakan, lenyap sudah. Semua beralih ke virtual gadget.
Tidak mudah menjalani realitas semacam ini, terlebih kita bisa membayangkan, bagaimana pada situasi normal saja kerap kita temui kesulitan-kesulitan juga.
"The new normal", agaknya menjadi kaidah alternatif dari ketidakpastian pandemi ini. Memang, jalan terbaik untuk menghadapi krisis, hanyalah dengan melawannya. Minimal, menyiapkan strategi untuk menghadapi situasi terburuk sejenis kelaparan kolektif.
***Banyumas, 12 Mei 2020.
Comments
Post a Comment