Kemampuan filsafat, apabila kita gali ulang, nilai puncal kehebatannya bukanlah pada hasil atau kegunaannya. Sebagai induk segala ilmu, filsafat lebih tertarik untuk mempertanyakan segala hal, secara radix.Jawaban Thales, atas hulu alam semesta ini, tidaklah se-heboh pertanyaannya. Begitupun jejak kesejarahan para filsuf setelahnya, sekaliber Socrates, Descartes, dan seterusnya.Segala macam revolusi dunia, baik itu yang tercatat oleh sejarah maupun yang tidak, memuat sisi kehebohan pertanyaan filosofis. "Kenapa harus Matahari?", kata Ibrahim. "Kenapa mesti kapitalistik kesukuan", kata Muhammad.Menjawab sebuah pertanyaan, bukanlah hal yang mudah. Namun, memunculkan pertanyaan yang radix, sebetulnya jauh lebih susah.Syahdan, sayangnya cover sosial kelihatannya tidak terlalu tertarik untuk mengetengahkan soal kehebatan pertanyaan. Karena memang, kekayaan dan kekuasaan, jauh lebih menarik, sekalipun itu kenyataan yang fana.***Cilacap, 13 Juli 2020.
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini, Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...
Comments
Post a Comment