Spesialisasi itu, mengharuskan linieritas. Baik dalam lingkup akademik, maupun track record sosial. Ini penting, namun bisa jadi memunculkan cacat keterbukaan, nir-inklusif.
Pada sisi lain terdapat generalisasi, sebagai lawan dari spesialisasi. Sifat dan sikap universalitas pada generalisasi, memiliki interest untuk memasukan segala unsur yang ada. Akan tetapi, bisa pincang spesifikasi, nir-eksklusif.
Keadaan dekade terakhir ini, semacam bermusuhan dengan keduanya. Spesialisasi menghina generalisasi, begitupun sebaliknya. Pada dekade akhir-akhir ini, digitalisasi memuat algoritma tersendiri dengan AI-nya.
Diantara spesialisasi dan generalisasi, keduanya memiliki celah yang saling tambal sulam. Keduanya, memungkinan terjadinya aspek dialogis, bila memang ada insight untuk mengetengahkan ketersalingan.
Syahdan, sekalipun penetrasi kebudayaan terus menerus tercerabut dari akarnya oleh arogansi sains global, mereka akan tetap menyambung tali simbiosis mutualisme. Dengan catatan, antara spesialisasi dan generalisasi, diarahkan pada akurasi yang presisi.
***Banyumas, 17 Juli 2020.
Comments
Post a Comment