Saya sebenarnya tidak terlalu mengerti, atau hafal dengan baik tentang konsep-konsep yang berkembang dan berpengaruh besar terhadap perubahan peradaban. Sebut saja misalnya, tauhid, tasawuf, tarekat, filsafat, sains, algoritma, dlsb., namun yang saya pahami dari itu semua, adalah terkait pedoman yang dibuat "alam" untuk memudahkan interaksi perjalanan kesejarahan.
Berbicara tentang interaksi, maka secara waktu, ia merupakan sesuatu yang tak akan selesai, dalam artian akan terus mengalami perkembangan sepanjang manusia itu hidup. Konsep dan teknis interaksi, jelas akan berbeda, misalnya antara tahun 80'an dengan hari ini.
Dalam berinterkasi, manusia sebenarnya bukan hanya menikmati pertukaran bahasa, gestur, informasi, dlsb., tetapi juga exchange kebudayaan. Sebab, azali "pengaruh-mempengaruhi dan aksi-reaksi", akan selalu meruwat atau membentuk jiwa masing-masing pelakunya. Bentukan antara satu individu dengan yang lainnya, jelas beraneka ragam, unik.
Diatas semua penamaan pedoman yang ada diatas, serta proses perkembangan yang melingkupinya, manusia secara fitrah dan genetik, tidak ada yang berbeda pendapat, bahwa seluruhnya, akan mengarakan dirinya menuju kebenaran dan kebaikan, yang hanya saja, hal tersebut kembali kepada "hukum" perubahan masing-masing nilai yang dikandungnya.
Syahdan, walaupun barangkali saat ini kita tengah berperan tidak secara signifikan dan masif, hemat saya tidak ada yang keliru, apabila masing-masing dari kita, berupaya untuk menemukan peran "interkasi", yang kemudian mengekspresikannya sesuai kemampuan yang ada, dengan semaksimal-maksimalnya. Sebab, peradaban adalah ruang kosong bagi sejarah perkelahian, antara yang dituju, dan agen yang menuju. Bukan semata-mata antar agen, vis a vis.
***Banyumas, 2 Juli 2020.
Comments
Post a Comment