Skip to main content

Masalah Belajar Masalah

Kerumitan masalah demi masalah yang manusia hadapi, merupakan media pembelajaran yang paling efektif, sekaligus paling kejam.
Sekolah, kampus, kursus, dan lain sejenisnya, barangkali mampu memberikan apa yang kita sebut pembelajaran. Akan tetapi, agaknya hal tersebut tidak se-radikal masalah yang kongkret dihadapi oleh individu.

Kita berpengalaman atas belajar dan pembelajaran, baik yang formal maupun yang non-formal. Walaupun tidak senada persis, kita sama-sama mengalami, bahwa misalnya, betapa sulitnya mengajari anak untuk rajin belajar, sedang anak tersebut tidak pernah "bermasalah" atas ketidakrajinannya dalam belajar. Atau katakanlah, betapa sulitnya saya berempati kepada anak yatim, sedang saya bukanlah anak yatim, dan masih banyak contoh lainnya.

Menurut agama, masalah hadir sebagai penebus dosa, pemberi peringatan, jalan tol per-taubatan. Masalah yang datang, kata agama, menyesuaikan kemampuan individu manusia tersebut menyangganya. La yukalifullohu nafsan illa wus'aha, 
Allah tidak akan membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kemampuannya atau kesanggupannya.

"Masalah Belajar Masalah", adalah "masalah" tersendiri. Tanpa latar belakang masalah, naskah akademik tak ubahnya sebuah ocehan belaka, yang tak bermakna. Masalah yang di-hadirkan, dengan masalah yang hadir dengan sendirinya, jelas memiliki penekanan dan beban yang sama sekali lain.

Memang, sama-sama kita mengerti, betapa masalah itu bisa menghancurkan manusia, juga disisi lainnya, mampu menguatkan manusia.

Syahdan, saya dan mungkin kita, selalu dipenuhi masalah demi masalah dalam hidup ini, dengan tingkat beban yang berbeda ragamnya. Maka, sebagai pelaku kemungkinan dalam hidup, barangkali jalan terbaik untuk mensikapinya, adalah dengan menyadari sepenuhnya, bahwa masalah itu, merupakan bagian dari darah daging kita, yang seringkali kita lupa, untuk mengelolanya.

***Banyumas, 12 Juli 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-