Perjalanan waktu memang membuktikan, misalnya betapa mengecilnya lingkup pergaulan. Manusia sama-sama mengalami, pernah dikecewakan oleh manusia lainnya, pun sempat mengecewakan manusia lainnya.
Waktu kerap membuktikan, siapa yang benar-benar tulus, dan siapa yang mungkin kurang tulus. Walaupun ada pembenaran sikap untuk menghindari orang yang kurang tulus tersebut, namun bagi orang yang bijak, itu bukanlah pilihan tertepat.
Selain sebagai pelaku kemungkinan, manusia juga merupakan pelaku persepsi. Dibalik persepsi, ada konsep diri yang melatarbelakanginya. Yang mana, hal tersebut benar-benar unik. Dalam artian, tidak ada yang sama persis antara satu dengan lainnya, paling maksimal mirip-mirip. Dari yang mirip-mirip inilah, manusia menggauli manusia lainnya.
Faktor lingkungan atau pergaulan, memang cukup berpengaruh besar bagi konsep diri si manusia tersebut. Sebab disanalah, proses interkasi pengalaman berjalan dialektis. Pertukaran pengalaman, sangat berpotensi menumbuhkan kesadaran. Dari kesadaran inilah, muncul kedewasaan, sebagai lawan dari kekanakan, pun bisa berlaku sebaliknya.
Syahdan, manusia memiliki kebebasan untuk memilih, siapa yang akan digaulinya, dan siapa yang tidak digaulinya. Akan tetapi, mungkin tidak semua dapat menyadari, bahwa pilihan-pilihan tersebut, suatu saat akan menuai pertanggungjawabannya sendiri-sendiri, termasuk pertanggungjawaban atas persepsi.
***Banyumas, 12 Juli 2020.
Comments
Post a Comment