Skip to main content

Pertanggungjawaban Persepsi

Perjalanan waktu memang membuktikan, misalnya betapa mengecilnya lingkup pergaulan. Manusia sama-sama mengalami, pernah dikecewakan oleh manusia lainnya, pun sempat mengecewakan manusia lainnya.

Waktu kerap membuktikan, siapa yang benar-benar tulus, dan siapa yang mungkin kurang tulus. Walaupun ada pembenaran sikap untuk menghindari orang yang kurang tulus tersebut, namun bagi orang yang bijak, itu bukanlah pilihan tertepat.

Selain sebagai pelaku kemungkinan, manusia juga merupakan pelaku persepsi. Dibalik persepsi, ada konsep diri yang melatarbelakanginya. Yang mana, hal tersebut benar-benar unik. Dalam artian, tidak ada yang sama persis antara satu dengan lainnya, paling maksimal mirip-mirip. Dari yang mirip-mirip inilah, manusia menggauli manusia lainnya. 

Faktor lingkungan atau pergaulan, memang cukup berpengaruh besar bagi konsep diri si manusia tersebut. Sebab disanalah, proses interkasi pengalaman berjalan dialektis. Pertukaran pengalaman, sangat berpotensi menumbuhkan kesadaran. Dari kesadaran inilah, muncul kedewasaan, sebagai lawan dari kekanakan, pun bisa berlaku sebaliknya.

Syahdan, manusia memiliki kebebasan untuk memilih, siapa yang akan digaulinya, dan siapa yang tidak digaulinya. Akan tetapi, mungkin tidak semua dapat menyadari, bahwa pilihan-pilihan tersebut, suatu saat akan menuai pertanggungjawabannya sendiri-sendiri, termasuk pertanggungjawaban atas persepsi.

***Banyumas, 12 Juli 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-