Sungguh, jiwa tergetar olehnya
Oleh wajah, yang menyita rasa seluruhnya
Aku mengerti, ini hanya terjadi pada diri ini
Berbeda disana, denganmu
Yang mungkin, masih haus akan panorama
Disini, bukan maksudku mengganggumu
Hanya saja, angin malam dihadapku , berhembus rutin menyebutmu
Ia menyebut namamu, merangkul peluhmu
Bagimu, ini mungkin hanya dalih yang menyerpih
Mungkin juga, sekadar rayu kelabu nan sembilu
Namun, asalkan engkau tahu
Betapa sulit bagiku, tergerak hati untuk sampai memilihmu
Kini,
Bila wajahku sudah tak lagi menjadi titik perhatianmu, tak apalah
Setidaknya, aku telah menjadi bagian terpenting demi menggapai impianmu
Meski perih, tak lekang menyayat jiwaku
***Banyumas, 3 Juni 2020.
Comments
Post a Comment