Diantara pergolakan batin manusia, akan selalu memunculkan sebuah formula yang memetik dirinya pada ruang transformatif. Rentetan kejadian alam nyata yang terbatas, dan fenomena alam batin yang tak terbatas, memuat dialektika yang serba saling melengkapi. Terlebih, atas nama hubungan antara dirinya dengan yang Maha.
Relasi manusia secara privat dengan yang Maha ini, secara awam kita sebut sebagai jalan keberagamaan ataupun jalur spiritualitas. Manusia yang selalu bersinggungan dengan relasi sosial sesama maupun alam raya, automaticly memuat nilai-nilai privat yang amat rahasia dengan yang Maha itu.
Dari sana, barangkali kita akan menamainya secara sederhana, dengan sebutan dualitas identitas, yaitu identitas internal dan identitas eksternal. Yang internal itu terrepresntasi dalam imajinasinya memandang dirinya sendiri, sedang yang eksternal, memuat identitas dari arah sosial sekitarnya.
Identitas yang memiliki sifat serba dinamis ini, kadangkala beraroma positif ataupun negatif dalam arti yang luas-subjektif. Pertikaian antara yang privat dan publik, apabila tidak di guide dengan self control yang presisi, akan melahirkan insekuritas yang destruktif, walaupun tetap saja konsep evaluatif yang menyakitkan, selalu melahirkan perbaikan pada fase berikutnya.
Syahdan, yang Maha memiliki mekanismenya sendiri. Sedang manusia, dibekali nafas sakral cinta, untuk selalu berhubungan dengan-Nya. Proses ini, dialami oleh seluruh manusia dalam beragam aktifitas dan jalan misteri yang mereka lalui. Mungkin, inilah pusaran absurditas belantara alam batin yang privat, antara kholik dan makhluk.
***Banyumas, 21 Juni 2020.
Comments
Post a Comment