Skip to main content

Pusaran Relasi Absurditas (3)

Arah langkah memuat dimensi tarikan dan dorongan bagi pejalannya, berangkat dari kesenangan yang terfasilitasi oleh kesempatan dan kemampuan.

Sebelum sampai menentukan titik tujuannya, manusia akan selalu diributkan terlebih dahulu oleh pergolakan batinnya, dari soal sederhana yang menyejarah antara "iya" atau "tidak".

Keributan atau percekcokan batin itu, mengandung unsur yang serba holistik. Dari ekspektasi sederhana, sampai yang rumit dan kompleks. Semua saling mengalahkan, dan seluruhnya mencari pembenarannya.

Diantara pelbagai pilihan apa dan kemana arah langkah itu akan dituju, alamiahnya proses mental, akan membentuk format kiri dan kanannya dalam gambaran imajiner. Disanalah, struktur ideal dan real akan diuji secara berkala. Mungkin, reng-rengannya akan melaju dalam skala kecepatan cahaya.

Entah berapa lama reng-rengan tersebut berlangsung, tentunya hal tersebut berlaku selama umur manusia berlangsung. Walaupun ritme yang ada, serba dinamis dan beragam tema.

Syahdan, manusia kerapkali terkecoh oleh format yang ia buat sendiri, untuk tidak mengatakan tersakiti oleh ekspektasinya sendiri.
Tersakiti oleh ekspektasi, semacam blunder yang menyejarah bagi hidup manusia. 

Ekspektasi yang jelas-jelas dapat melukai jiwa manusia, kadangkala memang perlu di siasati dan di urai secara ciamik. Tanpa itu, manusia akan terhenti ruang geraknya. Antara tertahan pada tataran konsep, atau kelimpungan menata teknis manajerialnya.

Ekspektasi memang memiliki dua mata pisau yang siap mengiris luka batin, sekaligus dapat menghidupkan suasana bagi jiwa. 

Dengan ekspektasi, manusia berpeluang terluka secara amat dalam. Sedang, tanpa ekspektasi, manusia pasti mandeg ruang sejarahnya. Maka disanalah, pengendalian diri atas black hole bernama "ekspektasi", adalah master key yang akan melukis tinta emas atau tinta kelam.

***Banyumas, 21 Juni 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-