Skip to main content

Posts

Sorot Mata Balungan Kere

Tiba-tiba, dan tanpa permisi, angin di Surakarta memberikan kabar. Kalau-kalau apa yang disebut perjalanan hidup ini, perlu untuk di "pertimbangkan".  Ditengah riuh-rendah suara alam makro dan mikro, terdengar bisikan reflekftif dari dalam benak terdalam. Orang barangkali menyebutnya sebagai lamunan, akan tetapi ini bukan sekadar lamunan belaka. Ini lebih kepada pressure bagi diri dan sekaliber perkakasnya. Adalah tentang rotasi kehidupan ini, yang tengah terengah-engah dan meliuk-liuk. Semacam underpass Manahan Solo.  Sesaat setelah debu-debu mengguyur sekujur tubuh di jalanan Solo-Yogya, benak ini kemudian menemukan salah satu dari sekian banyak simpanan cerita. Adalah perihal sarjana yang pernah mengungkapkan ceritanya (dalam forum Macapat Syafaat), yang mana ia pernah di kritik oleh salah seorang "balungan kere". Ia (red: sarjana tadi), memberikan eksplanasi pengalamannya, bahwa "tidak elok seorang sarjana berjualan kue pukis". S...

Manajemen Libido

Walaupun saat ini, bukanlah bulan ramadhan, akan tetapi beberapa diantara orang Islam ada yang mengerjakan ibadah puasa, lebih tepatnya puasa sunnah. Pembelajaran yang paling fundamental dari puasa, adalah menahan diri. Term "menahan diri" ini, hemat saya muncul oleh sebab, ada "tarikan" dan terdapat "dorongan". Derivasi dari "tarikan" adalah "tertarik", sedangkan "dorongan" adalah "terdorong". Adalah dua dari sekian banyak derivasi yang ada, yang memiliki sifat eksternal, artinya titik tekannya berasal dari luar diri kita. Ketika sedang iseng-iseng ndopok dablongan bareng mahasiswa, saya nyletuk satu pertanyaan. "Apa yang paling rentang dan signifikan dihadapi oleh anak muda"? Mereka sontak menjawabnya, "masalah sexual masbro", respon mereka sambil tertawa ringan. Anak-anak muda itu, yang berjumlah tidak sampai tujuh orang pada waktu itu, menjelaskan bahwa, "kebanyakan ...

Apa Ada Angin di Surakarta (18)

Tidak bermaksud memaksakan kehendak, untuk setiap harinya menulis kata dan kalimat, yang terbalut dalam sejuta makna bagi pembaca. Tidak bermaksud pula, untuk kemudian mengarahkan atau melakukan upaya framing, bagi sekalian pembaca yang setia. Hanya saja, sangat tidak mungkin, diri ini untuk melewatkan begitu saja, kemesraan demi kemesraan yang menyelinap di dada yang di rundung gulana. Walaupun hari ini bisa dikatakan, merupakan hari yang "kurang sempurna", akan tetapi tetap saja, kegenitam angin di Surakarta-lah yang menyempurnakannya. Bagaimana tidak sempurna, kalau setiap harinya, warna kehidupan di Kota budaya ini, selalu ber-varian ragam rasanya, serta bertumbuh selalu warnya.  Bagaimana tidak gembira, jika tatapan matamu itu, terus menerus memancarkan purnamanya. Mungkin, seandainya saja ada sempat yang pernah terlewat, itu hanyalah tatap yang belum sengaja tertangkap.  Oleh karena, angin di Surakarta ini, lebih rutin untuk datang dan per...

Apa Ada Angin di Surakarta (17)

Selalu ada sisi ciamik, di sudut-sudut peradaban Surakarta. Tak akan sedetikpun, mata dan telinga tertutup, sebagai sarana menyalurkan makna, ke dalam kepala dan dada. Anak kecil ada dihadapan, seolah-olah mengungkapkan narasi gembira dengan sepenuh ketulusan. Tawa dan canda, dengan jelas meresap ke seluk-beluk batin yang tengah kalut. Tumpukan-tumpukan tugas Universitas, memang kerap nggelani ati. Akan tetapi hidup harus terus berjalan, amargi kahanan kebutuhan. Isuk, awan, wengi, sudah menjadi rutinitas berkelahi dengan realitas. Nyesek tentu semacam menu harian, namun aroma kegembiraan jelas mewarnai, serta berkelindan dengan peran dan tugas harian.  Surakarta memang seksi, bukan sebagai bahasa tubuh, namun sebagai pelipur hati yang luluh, oleh karena sorot matamu yang men-senja. Iya, matamu men-senja. Sebegitunya, sampai titik fokus terkadang terkelabuhi menjadi bui.  Oooh, angin Surakarta... Betapa baiknya dikau, yang sangat rajin membelai kus...

Apa Ada Angin di Surakarta (16)

Pagi yang cerah di Surakarta, masih sempat-sempatnya merindui hujan di bulan november ini. Berratus-ratus wajah, berpapas kesana-kemari, pertanda kehidupan dengan segala aktivitasnya tengah berjalan. Disini, dipinggiran kampus sebelas maret, aku duduk sembari menikmati kopi. Namun, tidak seperti biasanya. Kali ini, yang aku nantikan hadir, bukan hanya parasmu. Parasmu memang bak taman bunga, yang memiliki berribu keindahan didalamnya. Akan tetapi, keindahannya malah justru kerap memperdayakan jiwa dalam larut. Parasmu memang candu, dan aku adalah salah seorang yang sesekali sakau oleh karena itu. Berteman kretek berbungkus merah, serts korek gas berwarna merah, menjadi semacam trigger tersendiri, bahwa parasmu bukan hanya untuk dinikmati adanya.  Angin pagi di Surakarta ini, lambat-laun menyita perhatian, sekaligus mencuri-curi kesempatan, tentang prioritas terhadap fokus pilihan. Sungguh, ditengah berbagai ragam aktifitas, tetap saja parasmu adalah satu-satu...

Perkakas Universal

Angin di Surakarta, here and now tengah memaparkan ceritanya, tentang kehidupan pagi buta, dini hari. Rentang hidup yang terbatas pada 24 jam, tidak kemudian dihabiskan begitu saja.  Ada banyak pasang mata yang masih terjaga, dalam melek mesranya. Selingan-selingan klakar, tentu menjadi bumbu tersendiri bagi sang penjaga pasang mata itu. Berpuluh-puluh jiwa pada dini hari ini, masih sempat mewarnai dinginnya gelap-gulitanya langit Kota budaya ini. Tak cukup sampai disitu, rimbunan pepohonan pun, ikut serta berpartisipasi mengisi detik demi detik jalanan. Aspal raya, kendaraan bermotor, maupun pejalan kaki, pun menjelma bagai hiasan taman hidup di Kota ini. Betapa keindahan tercatat rapih, dalam senandung semilirinya riuh-rendah suara-suara. Benak ini, tak henti-hentinya menerjemahkan estetika yang terhampar di dekat jantung Kota. Semacam lukisan society, yang ciamik tercipta dengan alamiah. Resonansi keakraban jelas tercipta, oleh kesantunan warisan luhur per...

Apa Ada Angin di Surakarta (15)

Berlembar-lembar kisah, akan menjadi "sebuah". (Kita) sangat independen untuk memutuskan makna, pada kata sebuah itu.  Bebas-merdeka, menerjemahkan arti terhadap sebuah itu. Yang jelas, karya makhluk bernama manusia ini, tidak akan pernah memiliki pemberhentian. Paling hanya akan bertemu jeda saja, atau hanya bersanding dengan zone tertentu saja. (Kita) tengah terengah-engah, oleh nada-nada sunyi yang paling tersembunyi. Terpendam berjibun derita paling mendera.  Disinalah, di Kota budaya, Surakarta, terdapat belaian angin yang tepat menyentuh dahi yang lelah. Lutut yang kerap ngilu, akan sebuah penantian. Terbengkalai jatuh, ke dalam palung kenang yang memberontak keluar. Terperangkap dan tertangkap, oleh butanya mata hati peradaban. Seyogyanya, ada berbagai frasa dan klausa, yang menuduh ini dan itu. Ada terdapat cerita, yang mengampu banyak sekali berita. Untuk (kita) mampu menempuh liuknya, for us to get back together. Mendekatlah, dan peluklah ...

Apa Ada Angin di Surakarta (14)

Menyemai cita, membersamai angin di Surakarta. Tertimbun sejuta siap-siaga, menjadi do'a ditengah riuh-rendahnya kota.  (Kita) menyepakati untuk tidak membisikan nada-nada cinta, ditengah reruntuhan rasa. Bersanding dengan daun-daun jatuh, aku berpesan pada semesta. Kalaulah jika dia adalah milik-Mu, maka titipkanlah padaku, bila memang dapat menjalin kata kunci "saling". Berpuluh-puluh wajah dengan sekaliber pendaman rasa, yang tak sanggup terungkap sepenuhnya, membawa akal dan hati menuju pelabuhan nostalgia. Adalah tentang mimpi yang belum sepenuhnya mendaki.  Adalah perihal cita dan cinta, yang belum mampu selengkapnya terfasilitasi. Engkau tau, aku mulai gagu. Khususnya terhadap rimbunan pelangi yang membersamai.  Terenyuh dan terenyah, oleh hembusan nafas yang belum ter-deteksi, apa maunya dan kemana arahnya. Jikalau semua ini, hanyalah mimpi diatas mimpi, maka ijinkanlah semesta tetap mesra membersamai, jiwa-jiwa yang tersayat luk...

Kuda-Kuda Psikologis

Terlempar keluar gelanggang pertarungan. Lemparan itu, sampai meriuhkan jutaan pasang mata. Uniknya pemirsa yang duduk di tribun, tidak menyorakinya. Mereka hanya bergumam dalam hatinya masing-masing, "kenapa bisa sampai begitu ya?". Tragedi telah terjadi, peristiwa telah menggoreskan sejarahnya. Tentu tidak ada yang perlu kemudian di kambing hitamkan. Sebab, semua kambing sudahlah hitam. Walau masih ada yang samar-samar. Orang bijak memang benar, kalau-kalau pohon yang tinggi akan lebih besar tekanan anginnya, ketimbang pohon yang pendek. Itulah realita kita, yang menghinggapi seluruh pelosok penghuni. Sebuah gambaran yang terhampar. Namun, nyatanya tidak semua hal itu vis a vis. Aple to aple, hanya dimiliki oleh apel barangkali. Nasib adalah kesunyian yang paling sunyi. Tidak mampu di terka, apalagi di duga. Sulit di teropong, apalagi di ramal. Term "dari arah yang tak di sangka-sangka", bukan hanya nyata, namun sudah menjadi fakta. Bukan hanya ...

Apa Ada Angin di Surakarta (13)

Berjibun titik-titik jiwa, berkumpul dalam satu sudut paling menderita. Kali ini wajahmu, yang masih menyimpan sejuta tanya. Semacam menutup mata dan telinga, dari rentannya angin di Surakarta.  Ketidakberdayaan batin, akan goresan semilir angin senja, seolah menambah derita yang mencerca.  Tak sengaja, waktu itu diriku terkecoh, akan senyum yang terlempar dalam dekapan rintihan yanh melara. Inikah yang kita sebut sebagai dilema? atau hanya soal kebimbangan yang sedang menjadi uji coba? Entahlah, barangkali hanyalah singgungan rasa, yang pernah ada. Runtuh tak beralasan, hancur tak berkesudahan. Katamu, belum mampu membuka hati yang pernah tersulut kecewa.  Namun, adakah jawab yang mampu terungkap, ditengah segala problema yang terkecap getirnya satire. Terimakasih aku ucapkan, padamu yang telah memadu kasih. Walaupun hanya, sebatas berbelas kasih.  Sekali lagi, (kita) masih terhempas kaku, dalam sentuhan lugu angin di Surakarta. Dan, t...

Sedang, Bunga-Bunga Pun Berjatuhan. (4)

Barangkali, ini yang pernah dikatakan oleh sahabatku "ada rasa yang memiliki power di luar biasanya". Secercah rasa yang menjawab segala do'a. Tentang hati yang telah lama lunglai. Kisah-kasih (kita) yakin berbeda. Memang sebelumnya (kita) kerap melakukan banyak kesalahan. Khususnya aku. Terlebih aku. Akan tetapi, (kita) punya kuda-kuda batin yang lebih sigap, untuk menghadang segala badai yang meradang. Goals settings segera aku susun, sebagai guide bagi jalanan cinta dan rindu. Segala macam plan dan target, sesegera mungkin tergores secara spesifik.  Uraian bahagia akan (kita) jemput, setelah derap langkah modalitas aku kunci.  Aku mengatakan padamu, akankah kau akan bersedia menunggu? "Ya mas, aku akan menunggumu", jawabmu yang disertai senyum merah pipimu. Dadaku runtuh berkeping, membersamai tangis lelah sebelum senja. Pertanda jalanan didepan terasa amat sumringah, untuk sesegera mungkin di tapaki. Tanggal suka cita akan muncul, me...

Sedang, Bunga-Bunga Pun Berjatuhan. (3)

Pelupuk matamu memancar sampai kesini, tepat ditempat dimana aku berpijak. Masih seperti sebelum-sebelumnya, wangimu tercium bak bunga ditepi kebun. Semerbak dan memekak, sampai dahiku meneteskan keringat. Pertanda gejolak jiwa yang terengah-engah, lesu menatap liku jalan yang masih jauh. Serpihan-serpihan kisah, menyatu dalam kepala dan dada. Menyita concern yang tidak seharusnya, memberi sinyalemen bahwa "ini harus berakhir". Maksudku, mengakhiri dinamika dari sekian puluh hati yang mengintip temu. Bertahan dan mempertahankan, masih pada posisi yang lebih tinggi, dari pada mendapatkan. Hari ini harus dirubah-putarbalikkan, menjadi core bertahan.  Kelelahan oleh karena jalanan terjal asmara, perlu disudahi dan diistirahatkan. Apabila memang sudah ada didepan mata, orang yang siap menjadi tambatan hati. Dan, disitulah jalanan tempuh-jarak baru, dimulai. Untuk sama-sama meramu dengan sebaik mungkin, apa-apa yang perlu ditambah dan dikurang. Bukankah ramuan ya...

Apa Ada Angin di Surakarta (12)

Sebaiknya, jika ada rasa yang kemudian dapat mengganggumu, maka katakan saja. Utarakan dengan gamblang, apa-apa yang terselip dalam hati, apa-apa yang menyelinap dalam dada. Tidak mungkin kan, orang yang kau maksudkan itu, mengetahuinya. Tidak mungkin pula, orang yang kau maksudkan itu memahaminya. Maksudku, tidak sepenuhnua tahu dan paham. Kalaupun nantinya tidak sesuai dengan apa yang menjadi harapan, maka itu bukan lah sesuatu yang menghambat. Berat memang, kalau kemudian apa yang menjadi cita dan cintamu tak terbalas. Tidak mudah memang, untuk langsung melupakan, puncak tertinggi dari kenyamanan. Untukumu, yang masih menggenang dalam kenang. Buatmu, yang tetap menjaga pengutaraan, hanya karena takut akan penolakan. Sampaikan saja, dan berterusteranglah. Setidaknya, kalaupun kau tidak mendapatkannya, minimal kau akan tetap menerima pelukan sayang dari hatinya. Walaupun hanya sebatas fiksi dan imaji, yang kau ciptakan sendiri. Angin di Surakarta, memang kerap menari-nari...

Apa Ada Angin di Surakarta (11)

Jika datangmu hanya untuk meredam sepi, maka lebih baik apabila yang kau datangi itu, adalah keramaian. Bukan datang pada hatinya.  aSebab hati, memiliki seribu satu impresi yang tak terkendali. Hati mempunyai sejuta warna konklusi, yang apabila kau dekati, bisa jadi keliru menarik simpulan. (Kita) memang sama-sama memiliki sepinya sendiri, akan tetapi tolonglah, untuk lebih berhati-hati pada hati. Ia sangat riskan untuk menaruh harap, sangat rentan untuk terkena senyap yang gelap. Kalau kau datang karena membenci sepi, bukan bermaksud ingin dilengkapi, jangan pernah sekalipun hadir. Jangan pernah memberi per-hati-an lebihmu. Jangan pernah menyentuh area-area lemah psikis. Dan, tentunya sikap dan tindakanmu, jangan pernah berlaku seolah-olah. Sikap dan perilakumu juga, jangan pernah melontarkan sendunya pagi.  Senja memang hanya milik sang jingga, namun kau adalah miliknya, bukan milikku. Jadi, pergilah menuju hatinya, jangan pernah lagi datang menghampi...

Apa Ada Angin di Surakarta (10)

Selagi masih ada space waktu, lebih baik (kita) bicarakan dengan tatap mata. Supaya, seminimal-minimalnya multi-interpretasi dapat dihindari. Supaya (kita) mampu menerjemahkan dengan tepat, kerut wajah, kedipan mata, nafas yang keluar-masuk hidung, pipi yang berubah-ubah warna, gerak tangan yang tak beraturan, lekuk kaki yang grogi, dan segala macam ekspresi lainnya. Tidak hanya soal perbincangan yang akan menghadirkan kejelasan, namun lebih dari itu. Adalah mencipta rentang history yang indah, serta menghadirkan kembali spirit juang untuk tetep survival. Segala macam bias, bisa terjadi. Jikalau hanya berkutat pada impresi dan persepsi. Sebab disanalah, objektifitas (kita) kaburkan. (Kita) yang tidak mampu melepaskan semua berkas cerita, terkadang kerap terlena oleh nostalgia.  Semua yang berkenaan dengan (kita), barangkali akan menjadi warna, bagi masa yang hingar-bingar penuh luka yang paling bahagia. Apakah masih ada, untuk (kita) menyediakan ruang unt...

Aneksasi Hak Privat dan Sublimasi Ngawur

Ruang psikologis macam apa, yang tega menghina diri mereka sendiri. Kalau menghina orang lain (walaupun tetap saja buruk), barangkali masih bisa kita tolerir secara akal sehat. Menghina diri diatas, kita maksudkan sebagai upaya pembusukan bagi dirinya sendiri. Sebagai contoh misalnya, ada sekelompok orang (baca: karyawan restoran), yang dengan bangga mengatakan "kalau sepi begini enak yah".  Entah akal dan hati macam apa, yang dengan tega melukai hak-hak yang diimpikan banyak orang, ialah space pekerjaan. Disatu sisi, kita perlu mengetahui, bahwa yang mengatakan tadi itu adalah orang-orang yang dahulunya terluka oleh keadaan. Mereka adalah orang-orang yang bukan hanya kalah, namun juga terkalahkan oleh sebab "kahanan". Pada lain sisinya lagi, kita akan menemukan adanya rotasi balas-dendam, oleh karena sakit yang pernah dialami. Berputar dan melingkar layaknya bola, yang tak memiliki kesudahan. Freud pernah mengatakan, bahwa manusia memiliki de...

Re-check Kondisi

Disela-sela musim "ketiga" ini, nampaknya ada yang mendesak untuk di-recheck. Recheck disini, kita maksudkan terhadap kondisi.  Secera sederhana, kondisi memiliki arti keadaan. Bisa berkaitan dengan hal-hal yang kekinian, maupun keakanan. Bisa pula terhadap masa yang lalu. Dalam dinamika kehidupan manusia maupun alam, kita mengenal term kausalitas, atau biasa kita sebut hukum sebab-akibat.  Manusia yang sedang haus, ia akan dengan automatic minum, ketika sudah minum, maka dahaganya hilang. Itu salah satu bukti, bahwa causality itu benar adanya. Namun, ternyata kehidupan manusia ini, tidak melulu soal sebab-akibat tadi. Terlebih dalam konteks non fisik, atau apa-apa yang tidak bisa ditangkap oleh indra. Oleh sebab, indrawi memiliki limitasinya. Kausalitas memiliki kedekatan yang intim, dengan linieritas. Limitasi yang dimiliki oleh indrawi itu, tidak sampai menjangkau sisi-sisi yang dinamis-siklikal. Indrawi hanya mampu terhubung dengan mekanis-linier. ...

Apa Ada Angin di Surakarta (9)

Kali ini (kita) tengah berada di komplek padat penduduk, dimana semua orang menetap didalam surga yang dirindukan. Rumah memiliki simbol agung, dalam kesejarahan manusia. Selain sebagai tempat rebahan, rumah juga menjadi semacam titik temu, dimana rindu dan saling berkait. Walaupun saat ini (kita) tengah berada di "rumah-rumah", tetap saja (kita) masih ber-lokasi diantara Solo-Yogya. Sebuah daratan di Bumi, yang menyimpan berjuta-juta peristiwa bermakna.  Disinilah (kita) mulai merangkai kata, untuk kemudian mengabadikan makna. Sembari menatap awan yang didominasi corak biru, pertanda hujan masih jauh dari harap. (Kita) yang masih tuna ketersalingan believe, sementara hanya mampu berputar-putar dalam benak masing-masing. (Kita) yang masih dirundung rasa sakit, saat sekarang ini tengah mencoba dan berupaya, untuk siuman dan bangkit. (Kita) yang kerap tak sengaja melukai, kini on the way merayap kepermukaan cita yang senyap. Sunyi hanyalah bunyi yang se...

(kita) yang mana?

Menyerah bukan berarti kalah. Menyerah acapkali justru merupakan pilihan terbaik. (Kita) semua berhak untuk memberi penilaian terhadap diksi menyerah diatas. Bebas lepas memberi konotasi, dan free seporete menaruh persepsi terhadap menyerah itu. Rimbunan derita, yang bercampur dengan suka-cita, akan selalu memberi sebuah konklusi. Se reliable-reliablenya teori, tetap saja itu hanyalah teori. Sekali lagi, itu "hanyalah". Begitu pula, apa yang ter-denotasikan pada kata "menyerah" tadi. Terlempar dari kubangan sentimen sosial yang mainstream, tentu bukan hal yang baru. Bukan lagi satu atau dua kali, akan tetapi berjibun, tersusun dalam perbendaharaan tribun memory. Resonansi kerap mengarah dan kemudian ber-impact terhadap disonansi. Harmoni yang di ingini, sesekali bahkan berkali-kali runtuh dari map batin. Exercise semacam itu, terkadang menguatkan, namun tidak menutup probability keterpurukan. Yang jelas, ada atau tidaknya "ada" tersebut, t...

Apa Ada Angin di Surakarta (8)

Jarak yang membentang, antara Solo dan Yogya, memberi sebuah imaji, akan luka-luka yang sempat tergores.  Tentang sederet-berderet nama, yang sempat mengisi kemudian pergi. Sederet-berderet cerita, yang sempat datang kemudian pulang. Ruang-ruang hampa perjalanan, memberi space bagi seluruh sudut relung hati untuk terisi oleh angin-angin yang berjejer. Angin yang merayap dalam keramaian yang paling sepi. Jarak yang membentang, antara misteri, ilusi, dan kronologi, menaruh secercah anxiety bagi dada. Kelapangan dada beserta sekaliber experience-nya, membuka jendela imaji yang benar-benar baru.  Jendela imaji yang memendam sejuta kenang, yang disisipi oleh history map ruang, konteks, dan waktu.  Rindu memang berjodoh dengan temu, dan harap hanya match dengan nyata. Pertemuan dan kenyataan yang paling meluka, tentunya sempat menemu ceria. Walau pada akhirnya, tidak selalu bahagia. Berjilid-jilid kenang, kini menggenang. Bercatat-catat luka, kini menga...