Tidak bermaksud memaksakan kehendak, untuk setiap harinya menulis kata dan kalimat, yang terbalut dalam sejuta makna bagi pembaca.
Tidak bermaksud pula, untuk kemudian mengarahkan atau melakukan upaya framing, bagi sekalian pembaca yang setia.
Hanya saja, sangat tidak mungkin, diri ini untuk melewatkan begitu saja, kemesraan demi kemesraan yang menyelinap di dada yang di rundung gulana.
Walaupun hari ini bisa dikatakan, merupakan hari yang "kurang sempurna", akan tetapi tetap saja, kegenitam angin di Surakarta-lah yang menyempurnakannya.
Bagaimana tidak sempurna, kalau setiap harinya, warna kehidupan di Kota budaya ini, selalu ber-varian ragam rasanya, serta bertumbuh selalu warnya.
Bagaimana tidak gembira, jika tatapan matamu itu, terus menerus memancarkan purnamanya.
Mungkin, seandainya saja ada sempat yang pernah terlewat, itu hanyalah tatap yang belum sengaja tertangkap.
Oleh karena, angin di Surakarta ini, lebih rutin untuk datang dan pergi begitu saja.
Apa boleh buat, semua harus diterima apa adanya. Toh, masih ada rencana berikutnya, yang masih setia untuk merindui pelukan dan dekapan, yang dipenuhi kehangatan.
Apalagi, hari ini kamu menyapa mesra lewat canda mesra, yang membersama dengan angin di Surakarta.
Oh..
Betapa indahnya pipi merahmu itu.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 6 November 2019.
Comments
Post a Comment