Skip to main content

Apa Ada Angin di Surakarta (18)


Tidak bermaksud memaksakan kehendak, untuk setiap harinya menulis kata dan kalimat, yang terbalut dalam sejuta makna bagi pembaca.

Tidak bermaksud pula, untuk kemudian mengarahkan atau melakukan upaya framing, bagi sekalian pembaca yang setia.

Hanya saja, sangat tidak mungkin, diri ini untuk melewatkan begitu saja, kemesraan demi kemesraan yang menyelinap di dada yang di rundung gulana.

Walaupun hari ini bisa dikatakan, merupakan hari yang "kurang sempurna", akan tetapi tetap saja, kegenitam angin di Surakarta-lah yang menyempurnakannya.

Bagaimana tidak sempurna, kalau setiap harinya, warna kehidupan di Kota budaya ini, selalu ber-varian ragam rasanya, serta bertumbuh selalu warnya. 

Bagaimana tidak gembira, jika tatapan matamu itu, terus menerus memancarkan purnamanya.

Mungkin, seandainya saja ada sempat yang pernah terlewat, itu hanyalah tatap yang belum sengaja tertangkap. 

Oleh karena, angin di Surakarta ini, lebih rutin untuk datang dan pergi begitu saja. 

Apa boleh buat, semua harus diterima apa adanya. Toh, masih ada rencana berikutnya, yang masih setia untuk merindui pelukan dan dekapan, yang dipenuhi kehangatan.

Apalagi, hari ini kamu menyapa mesra lewat canda mesra, yang membersama dengan angin di Surakarta. 

Oh..
Betapa indahnya pipi merahmu itu.

Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 6 November 2019.


Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-