Kali ini (kita) tengah berada di komplek padat penduduk, dimana semua orang menetap didalam surga yang dirindukan.
Rumah memiliki simbol agung, dalam kesejarahan manusia. Selain sebagai tempat rebahan, rumah juga menjadi semacam titik temu, dimana rindu dan saling berkait.
Walaupun saat ini (kita) tengah berada di "rumah-rumah", tetap saja (kita) masih ber-lokasi diantara Solo-Yogya. Sebuah daratan di Bumi, yang menyimpan berjuta-juta peristiwa bermakna.
Disinilah (kita) mulai merangkai kata, untuk kemudian mengabadikan makna. Sembari menatap awan yang didominasi corak biru, pertanda hujan masih jauh dari harap.
(Kita) yang masih tuna ketersalingan believe, sementara hanya mampu berputar-putar dalam benak masing-masing.
(Kita) yang masih dirundung rasa sakit, saat sekarang ini tengah mencoba dan berupaya, untuk siuman dan bangkit.
(Kita) yang kerap tak sengaja melukai, kini on the way merayap kepermukaan cita yang senyap. Sunyi hanyalah bunyi yang sembunyi, seperti hati (kita) yang lambat-laun menguat.
(Kita) yang acapkali terbawa arus, kini mulai menemukan pattern yang sustainable, dengan zaman wa makan.
(Kita) adalah diksi yang masih bertanda kurung, menandai kondisi yang masih konotatif. Akan tetapi, tidak pernah akan mundur, walau jalanan kadangkala tidak sesuai alur.
(Kita) yang masih dalam bayang-bayang semu, sama-sama menaruh titik tuju dan titik temu. Soal akan bertuju tepat, dan soal akan bertitik akurat, itu soal lain. Yang jelas dan yang penting, adalah (kita) ini "sama-sama".
Apa Ada Angin di Surakata, adalah frasa yang memberi meta-makna, sekaligus trigger bagi batin, untuk beranjak keluar dari comfort zone yang menyita banyak waktu.
(Kita) yakin dan bersepakat, untuk tidak melalui dan melewati jalanan yang pernah dijalani. Kalaupun jalanan itu terpaksa terlalui, maka itu hanya untuk refresh memori, bukan terhanyut dalam realita nostaligia.
Perlahan tapi pasti, (kita) "terus berjalan" melewati perjalanan panjang semesta yang romantic nan mesra. Dan, (kita) tidak lupa, bahwa angin di Surakarta, selalu ada, untuk mendekap hangat, setiap harinya.
Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 30 Oktober 2019.
Comments
Post a Comment