Skip to main content

Apa Ada Angin di Surakarta (11)


Jika datangmu hanya untuk meredam sepi, maka lebih baik apabila yang kau datangi itu, adalah keramaian. Bukan datang pada hatinya. 

aSebab hati, memiliki seribu satu impresi yang tak terkendali. Hati mempunyai sejuta warna konklusi, yang apabila kau dekati, bisa jadi keliru menarik simpulan.

(Kita) memang sama-sama memiliki sepinya sendiri, akan tetapi tolonglah, untuk lebih berhati-hati pada hati. Ia sangat riskan untuk menaruh harap, sangat rentan untuk terkena senyap yang gelap.

Kalau kau datang karena membenci sepi, bukan bermaksud ingin dilengkapi, jangan pernah sekalipun hadir. Jangan pernah memberi per-hati-an lebihmu. Jangan pernah menyentuh area-area lemah psikis.

Dan, tentunya sikap dan tindakanmu, jangan pernah berlaku seolah-olah. Sikap dan perilakumu juga, jangan pernah melontarkan sendunya pagi. 

Senja memang hanya milik sang jingga, namun kau adalah miliknya, bukan milikku. Jadi, pergilah menuju hatinya, jangan pernah lagi datang menghampiri jiwa yang pernah kau lukai.

Biarkan kesendirian menjadi penyembuh, atas segala acuh dan angkuhmu, terhadap semua hal, yang terlewat dan tergores begitu saja. Walaupun wangimu, kerap melintas dan membekas.

Angin di Surakarta-lah, barangkali yang mampu membersamai dalam setianya. Bukan dirimu, yang hanya dan hanya, selalu arogan dan bangga, atas egomu yang palsu.

Wallohu a'lam.
Sukoharjo, 31 Oktober 2019.





Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-