Hampir selalu ada guratan-guratan rasa, bagi para pejalannya. Ia mengalir, alami, dan tak sanggup untuk dibendung. Mengisi ruang-ruang kosong sembilu yang beradu.
Barangkali perihal jarak yang membentang.
Mungkin pula, soal waktu yang tak berkilas.
Atau, bisa jadi tentang tanda tanya tak ber-irama.
Menggemaskan, namun sesekali menyesakkan dan meriuhkan.
Utamanya, pada dinding hati yang berselang-seling wajahmu.
Karena semuanya, ternyata bersenandung, menggema dilema titik, yang nyata-nyata, berjarak tanpamu.
***Solo, 14 Maret 2020.
Comments
Post a Comment