Dari balik jendela kaca, sesekali kita menengok ke arah lupa.
Terkadang, lamun berjalan tak terasa begitu saja.
Sesekali, gerimis menyerta gelisah tak bernama.
Ruang dan waktu terus berubah.
Ingatan beralih menuju sejarah.
Semua memang bisa lekas, namun tidak selamanya pulas menggores bilas.
Kita, agaknya bukanlah satu-satunya bagian dari penentu.
Acapkali, justru terlempar di pusaran tipisnya jurang antara.
Tetapi, kita terpaksa harus percaya.
Bahwa sejuknya penerimaan, akan selalu ada.
Terkhusus, untuk harap yang kerapkali harus melewati luka.
***Purwokerto, 27 Maret 2020.
Comments
Post a Comment