Skip to main content

Ruang Interupsi (17)

Pikiran membeku, hati mengeras, fisik melemah. Berkumpul padu, dalam satu masa tertentu. Betapa perjuangan, seolah amat berat dilalui. Apalah daya, diri ini hanyalah makhluk lemah, ringkih, nan rapuh.

Lingkaran waktu, tak sanggup terbendung, walau barang sekejap kedipan mata. Melindas-lindas nasib, mungkin pula taqdir berwarna ikhtiar dihadapan, di hantam sedemikian kejam.

Lingkaran setan berputar, tikungan iblis mendera, berdendang membersamai kekalutan sepi yang paling ramai. Sunyi, namun memekak gendang telinga.

Disaat yang sama, semesta terus bekerja berdasar pada metabolisme yang Maha. Sesekali, ruang interupsi justru hening, bahkan kosong nan hampa.

Siklikal sensoris, mengiris simbolis sang anima intelektiva. Begitu terus, sampai nanti sampai mati. Begitu terus, berjalan "dari" menuju "ke".

Konon, perjuangan tak selalu berhilir faedah. Tapi yang pasti, itu terlalui dan dialami. Selalu, memercik tetes air harapan, pada episode selanjutnya, dan chapter berikutnya. Tugasmu, hanya mengelola, camkan baik-baik.

***Solo, 11 Maret 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-