Pikiran membeku, hati mengeras, fisik melemah. Berkumpul padu, dalam satu masa tertentu. Betapa perjuangan, seolah amat berat dilalui. Apalah daya, diri ini hanyalah makhluk lemah, ringkih, nan rapuh.
Lingkaran waktu, tak sanggup terbendung, walau barang sekejap kedipan mata. Melindas-lindas nasib, mungkin pula taqdir berwarna ikhtiar dihadapan, di hantam sedemikian kejam.
Lingkaran setan berputar, tikungan iblis mendera, berdendang membersamai kekalutan sepi yang paling ramai. Sunyi, namun memekak gendang telinga.
Disaat yang sama, semesta terus bekerja berdasar pada metabolisme yang Maha. Sesekali, ruang interupsi justru hening, bahkan kosong nan hampa.
Siklikal sensoris, mengiris simbolis sang anima intelektiva. Begitu terus, sampai nanti sampai mati. Begitu terus, berjalan "dari" menuju "ke".
Konon, perjuangan tak selalu berhilir faedah. Tapi yang pasti, itu terlalui dan dialami. Selalu, memercik tetes air harapan, pada episode selanjutnya, dan chapter berikutnya. Tugasmu, hanya mengelola, camkan baik-baik.
***Solo, 11 Maret 2020.
Comments
Post a Comment