Jika pencapaian diberikan kepada "garis nasib", mungkin itu tidak seburuk apabila ia dipasrahkan pada keadaan.
Misalnya parameter sukses itu, adalah kuasa dan tahta, bisa jadi dunia akan hancur dalam hitungan jam.
Kemudian, jika tolok ukur kebahagiaan adalah pengakuan tertentu dari pihak lain, maka besar kemungkinan, tidak akan cukup waktu orang untuk bergerak bebas, apalagi merdeka.
Beruntungnya, arus besar manusia tidaklah seperti itu. Sebab mereka paham, bahwa azali-nya selalu melawan arus Descartesian dalam titik-titik tertentu.
***Karanganyar, 2 Maret 2020.
Comments
Post a Comment