Dahulu, kita sempat memejam mata, di kala rindu itu ada.
Kita sempat sama-sama tertegun, misalnya saat meminum air putih di kota perantauan, sembari terbayang masing-masing dari kita tersenyum merekah.
Dahulu, ada malu yang selalu hadir ditengah deru ramai kampus itu.
Misalnya, saat kita tak sengaja berpapasan di depan gedung perpustakaan.
Disana, aku pernah mencuri pandangku menujumu, sesekali pura-pura tak melihat, padahal dengan amat jelas, dari kejauhan kita sudah saling tatap.
Dahulu, kita mungkin saling sembunyi mengirim do'a, berharap tak seorangpun mengetahuinya, termasuk diantara kita, kecuali diketahui oleh Tuhan yang Maha.
Dahulu, dahulu. . .
Dahulu jelas berbeda, dengan kini.
Kita, barangkali tak saling mengerti betul tentang cinta.
Mungkin pula, tak saling memahami benar, akan makna rindu yang tersemat pada Adam dan Hawa.
Tetapi cahaya. . .
Betapa terkadang, hati ini larut padamu.
Ia kerap dipersimpangan, antara mengikhlaskan atau memilih kembali berjuang.
***Banyumas, 27 April 2020.
Comments
Post a Comment