Skip to main content

Kembali Cahaya

Dahulu, kita sempat memejam mata, di kala rindu itu ada.
Kita sempat sama-sama tertegun, misalnya saat meminum air putih di kota perantauan, sembari terbayang masing-masing dari kita tersenyum merekah.

Dahulu, ada malu yang selalu hadir ditengah deru ramai kampus itu.
Misalnya, saat kita tak sengaja berpapasan di depan gedung perpustakaan. 
Disana, aku pernah mencuri pandangku menujumu, sesekali pura-pura tak melihat, padahal dengan amat jelas, dari kejauhan kita sudah saling tatap.

Dahulu, kita mungkin saling sembunyi mengirim do'a, berharap tak seorangpun mengetahuinya, termasuk diantara kita, kecuali diketahui oleh Tuhan yang Maha.

Dahulu, dahulu. . .
Dahulu jelas berbeda, dengan kini.

Kita, barangkali tak saling mengerti betul tentang cinta.
Mungkin pula, tak saling memahami benar, akan makna rindu yang tersemat pada Adam dan Hawa.

Tetapi cahaya. . .
Betapa terkadang, hati ini larut padamu.
Ia kerap dipersimpangan, antara mengikhlaskan atau memilih kembali berjuang.

***Banyumas, 27 April 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-