Secara angka, saya tidak mengetahui dengan detail berapa banyak orang yang terkena PHK oleh tempat ia bekerja, namun yang jelas angkanya tidaklah sedikit.
Pun, pada mereka yang kehilangan mood-nya dalam belajar di sekolah maupun kampus. Beberapa orang memilih bunuh diri, oleh karena ketidakmampuannya beradaptasi dengan keadaan akhir-akhir ini. Syahdan, semua berubah sama sekali.
Beberapa orang kemudian menilai sesuai kemampuannya. Secara garis besar, terdapat 2 (dua) pendapat yang berkembang di masyarakat kita, dalam menilai keadaan per-sebulan terakhir ini. Pertama, mereka menilai ini adalah konspirasi elite global. Kedua, menilai ini merupakan teguran dan ujian dari Tuhan.
Dari kedua pendapat tersebut, terdapat kesamaan. Adalah mereka sama-sama tidak "berdaya", untuk menjadi pahlawan ditengah keadaan ini. Kecuali, kontribusi kecil sesuai bidangnya. Tetapi, semoga penilaian saya salah. Karena tentu, kita mengharapkan ada 'something' dari manapun ia berasal, yang kemudian mampu memperbaiki keadaan hari ini.
Kondisi hari ini yang saya lihat semakin 'sulit', membawa beberapa orang berfikir ekstra dalam rangka meminimalisir tekanan. Ada yang memilih berkebun di halaman, mencoba menekuni hal-hal baru, mendalami bidang yang selama ini masih dirasa kurang optimal, dlsb. Mereka semua, dalam garis besarnya, berharap ada 'keseimbangan baru' ditengah "lock down" fisik dan mental.
Dari berbagai perilaku yang nampak beragam itu, agaknya ada satu hal yang mungkin luput dari perhatian kita. Ialah 'kesadaran baru', untuk lebih sadar dengan sesadar-sadarnya, bahwa mungkin saja, selama ini kita sebagai manusia masih 'berpura-pura' menjadi manusia, dihadapan manusia, alam, dan juga Tuhan.
Barangkali, kita kerap setengah yakin, untuk iyaka na'budu wa iyaka nasta'in. Juga bisa jadi, kita hanya lebih sering memakai nama Tuhan, sekadar menjadi pelengkap penderitaan saja.
***Purwokerto, 26 April 2020.
Comments
Post a Comment