Detak mengganti detik.
Disana, aku tak sanggup mengeja.
Tak bisa biasa sepertinya.
Aku terjerembab dalam tanya yang menganga.
Tapi, aku pun beranjak kesana.
Menuju patah yang paling meresah.
Kata ini memang untukmu.
Walau iramanya, jelas sumbang diatas meja.
Menuai gelisah, mengenangmu jauh ke penghujung dalam nestapa.
***Purwokerto, 11 April 2020.
Comments
Post a Comment