Aku cemburu kepada daun...
Sebab, ia amat rela menampung embun.
Aku pun, iri kepada tanah...
Bukan karena rela di injak, tetapi sebab ia tak pernah dendam kepada mereka yang menginjak.
Sebegitu pun, aku cemburu...
Kepada engkau yang terluka, namun tak pernah menggagasnya.
Padahal, teramat perih ia merobeknya.
Tetapi, bahkan lebih jauh dari pada itu.
Betapa aku cemburu padamu...
Yang sedemikian rela memangku pilu, tanpa pernah terkecap elu.
Disini, aku hanya sanggup menatapmu, dalam kaca yang berwajah aku.
Sedang telinga, hanya terisi sesak oleh untaian halu wajahmu.
Padamu, yang meniti dalam ke jantung qalbu.
Padamu, yang meniti dalam ke jantung qalbu.
***Purwokerto, 16 April 2020.
Comments
Post a Comment