Ketegangan macam apa, yang kini meregang kuat.
Sampai-sampai, jemari tak elak dari getar dan gusar.
Tetapi, satu hal yang sejatinya aku pahami.
Bahwa, betapa pelik rintihan hatimu kala itu.
Aku yakin, walaupun mungkin tidak dengan engkau.
Yakni, perihal kita yang sempat jauh menepi.
Disana, aku terus mencari...
Sedang engkau, memilih berdiam diri barangkali.
Kita sama-sama pernah mengerti, tentang langit biru yang bernyanyi. Sama-sama menyempatkan menunggu, walau letih jelas memangku.
Dan, kita pun pernah sadar, akan kemenyatuan dua hati yang tulus mencintai.
Disini, aku masih ingat katamu.
Misalnya, terkait makna bersama yang sudah tergenggam pulas.
Walaupun, aku belum bisa sepenuhnya memahami, apakah engkau masih membingkai lukisan setia kata itu.
Adinda, wajahmu masih membayangi benak ini.
Sedang, masa depan perlahan meronta menyebut namamu, kemudian ia bertanya...
Apakah hatimu masih disini...
Apakah hatimu masih ada, untuk hati yang dahulu pernah melukai...
***Banyumas, 7 April 2020.
Comments
Post a Comment