Skip to main content

Meregang Tanya

Ketegangan macam apa, yang kini meregang kuat.
Sampai-sampai, jemari tak elak dari getar dan gusar.
Tetapi, satu hal yang sejatinya aku pahami.
Bahwa, betapa pelik rintihan hatimu kala itu.

Aku yakin, walaupun mungkin tidak dengan engkau.
Yakni, perihal kita yang sempat jauh menepi.
Disana, aku terus mencari...
Sedang engkau, memilih berdiam diri barangkali.

Kita sama-sama pernah mengerti, tentang langit biru yang bernyanyi. Sama-sama menyempatkan menunggu, walau letih jelas memangku.
Dan, kita pun pernah sadar, akan kemenyatuan dua hati yang tulus mencintai.

Disini, aku masih ingat katamu.
Misalnya, terkait makna bersama yang sudah tergenggam pulas.
Walaupun, aku belum bisa sepenuhnya memahami, apakah engkau masih membingkai lukisan setia kata itu.

Adinda, wajahmu masih membayangi benak ini.
Sedang, masa depan perlahan meronta menyebut namamu, kemudian ia bertanya...

Apakah hatimu masih disini...
Apakah hatimu masih ada, untuk hati yang dahulu pernah melukai...

***Banyumas, 7 April 2020.

Comments

Popular posts from this blog

Menari Bersama Sigmund Freud

  Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, dengan rahmat dan karunia-Nya buku Menari Bersama Sigmund Freud, dapat penulis susun dan sajikan ke hadapan pembaca sekalian. Shalawat dan salam semoga senantiasa terus terpanjat kepada Rasulullah Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua dapat konsisten belajar dan meneladaninya. Selamat datang dalam perjalanan sastra psikologi yang unik dan mendalam, yang dituangkan dalam buku berjudul "Menari Bersama Sigmund Freud". Dalam karya ini,  Rendi Brutu bersama sejumlah penulis hebat mengajak pembaca meresapi ke dalam labirin kompleks jiwa manusia, mengeksplorasi alam bawah sadar, dan mengurai konflik psikologis yang menyertainya. Buku ini menjadi wadah bagi ekspresi batin para penulis, masing-masing menggali tema yang mendalam dan memaparkan keping-keping kehidupan psikologis. Kita akan disuguhkan oleh kumpulan puisi yang memukau, setiap baitnya seperti jendela yang membuka pandangan pada dunia tak terlihat di dalam diri kita. Berangkat ...

(22) Lagi ngapain;

Aku butuh abadi denganmu. Melukis malam dengan kasih, mengenyam sepi tanpa letih   Aku butuh abadi denganmu. Menyusuri tepian sawah, mengamatinya sebagai berkah   Aku butuh abadi denganmu. Terhubung sepanjang siang, terkait sepanjang malam   ***Banyumas, 20 Februari 2021.

Oase Utopia (2)

  Oase masih tersembunyi, Dalam tiap bait ini. Dunia berubah warna, menghamparkan keindahan yang terusir jauh.   Ada di mana ia, dalam waktu yang bagaimana. Apakah rasanya, kapan terjadinya. Sejumput utopia, kehilangan dirinya. Memangku prasangka, dipendam di sana. Keresahan tetap memadat, Membawa ragu tersusun rapi. Hati siapa direla, Sekadar menemani ditepi bunga. -Purwokerto, 14 Juli 2023-